Mahasiswa UNY Manfaatkan Limbah Ampas Teh sebagai Produk Sabun Cair yang kaya Antioksidan

Teh, minuman ini merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi  di berbagai Negara dengan cara diseduh. Setelah diminum airnya, umumnya ampas seduhan teh menjadi limbah dan dibuang begitu saja. Ternyata ampas dari seduhan teh mengandung polifenol, kandungan antioksidan yang membuat minuman ini begitu sakti, tetap tinggal dalam ampas teh.
Dari hal tersebut maka mahasiswa mahasiswa FMIPA UNY yaitu Muhamad  Labib Ridlo, Robiyatul Abdawiyah, Astriedianova Putri A, Whisnu Aji Pradana (Prodi Pendidikan IPA), dan Erna Warisman (Prodi Kimia) membuat ampas teh dijadikan bahan alami pembuatan sabun cair yang aman bagi kesehatan dan praktis.
Labib Ridlo menjelaskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara membuat pembuatan sabun cair dari ampas teh dan mengetahui banyaknya konsentrasi ampas teh yang sesuai untuk digunakan sebagai campuran pada sabun cair. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hijau dimana teh hijau adalah jenis teh yang dalam pengolahannya tidak mengalami fermentasi.
Penelitian ini, lanjur Labib, diawali dengan pembuatan sabun cair. Pertama, masukkan minyak zaitun sebanyak 30 ml kedalam gelas kimia, kemudian ditambahkan dengan kalium hidroksida 40% sebanyak 16 ml sedikit demi sedikit sambil terus dipanaskan pada suhu 50°C hingga mendapatkan sabun pasta. Sabun pasta ditambahkan dengan +25 ml aquades, lalu dimasukkan natrium karboksi metil selulosa yang telah dikembangkan dalam aquades panas, diaduk hingga homogen. Kemudian dimasukkan Natrium Benzoat, dan diaduk hingga homogen. Selanjutnya masukkan ampas teh, diaduk hingga homogen. Sabun cair ditambahkan dengan aquades hingga volumenya 100 ml, lalu diaduk hingga homogen. Masukkan ke dalam wadah bersih yang telah disiapkan. Mengulangi percobaan dengan konsentrasi ampas teh yang berbeda. Sabun cair dibuat tiga variasi yaitu sabun cair dengan tambahan ampas teh 0 % untuk produk A, 20% untuk produk B, dan 40% untuk produk C.
“Setelah selesai pembuatan sabun cair maka dilakukan uji organoleptik terdiri dari uji organoleptik fisik dan uji organoleptik non fisik. Pengujian dilakukan dengan cara mengoleskan masing-masing sediaan pada bagian kulit tangan atau kaki sukarelawan. Seorang responden memakai sabun cair dengan tiga variasi yaitu sabun cair dengan tambahan ampas teh 0 % untuk produk A, 20% untuk produk B, dan 40% untuk produk C. Uji organoleptik ini dilakukan pada 10 responden. Pada uji organoleptik ini kami menguji aspek tampilan, keharuman, kesegaran dan kelembutan pada sabun cair buatan kami, “ terangnya
Sementara itu, Astri mengatakan, dari uji organoleptic tersebut pada aspek tampilan ialah produk A termasuk dalam kategori menarik, sedangkan untuk produk B dan produk C termasuk pada kategori sedang atau cukup menarik.
Dikatakan, pada sabun buatan kami, kami tidak menambahkan pewangi tambahan.  Jadi kesimpulan dari uji organoleptic pada aspek keharuman ialah sabun cair A tergolong kategori harum, sedangkan untuk sabun cair B antara sedang-harum, dan sabun cair C termasuk pada kategori tidak harum.
Dari uji organoleptic pada aspek menyegarkan kulit ialah baik sabun cair B, sabun cair A, dan sabun cair C . Hal ini karena pada sabun cair B dan C ini  terdapat kandungan amapas teh  yaitu beberapa vitamin yang terkandung dalam teh adalah vitamin E, vitamin C, vitamin B, dan vitamin A.
Sedangkan pada uji keamanan sabun mandi cair dengan ampas the, sabun mandi cair dari kedua basis tanpa penambahan ampas teh maupun di tambahkan ampas teh dengan konsentrasi 20% dan 40% tidak menimbulkan iritasi pada kulit, baik iritasi primer maupun iritasi sekunder.
Konsentrasi ampas teh 20% adalah konsentrasi yang paling sesuai dijadikan campuran dalam pembuatan sabun cair ampas teh. (witono N)