Teh Bunga Sepatu, Home Industry Yang Menjanjikan

Bunga sepatu (Hisbiscus Rosa Sinensis), yang oleh masyarakat di Jawa Tengah terkenal dengan sebutan kembang “wora-wari” merupakan salah satu tanaman bunga yang sangat banyak dijumpai tumbuh dimana-mana, baik sebagai tanaman pagar, tanaman di halaman taman kantor-kantor, maupun dibiarkan begitu saja tumbuh di pinggir-pinggir jalan.
Ternyata bunga sepatu yang banyak kita temui di lingkungan kita ini ditangan Dr. Das Salirawati, dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY bisa diolah menjadi teh untuk produk home industry yang menjanjikan.  
Dikatakan Salirawati, teh bunga sepatu dapat dibuat dengan cara dioven maupun disangrai. Kedua-nya memberikan hasil yang berbeda, baik tekstur, tampilan, aroma, maupun kadar zat gizi yang terkandung di dalamnya. Teh bunga sepatu yang dioven memiliki tekstur lebih halus dan aroma wangi bunga yang tercium lebih tajam, sedangkan teh bunga sepatu yang disangrai memiliki tekstur kasar dan bau seperti teh biasa dan teh rosella, bau wangi bunga sepatu tidak tercium sama sekali.
Bunga sepatu banyak jenis dan warnanya, ada yang berkelopak tunggal atau rangkap, dan warnanya ada yang merah tua, pink, orange, dan kuning. Teh bunga sepatu berwarna merah merupakan pilihan terbaik, karena kita tidak perlu menambahkan zat pewarna karena  sudah menghasilkan warna persis seperti teh biasa.
Penelitian yang dilakukan oleh Das Salirawati, dkk terhadap berbagai kadar zat gizi yang terkandung dalam teh bunga sepatu, baik yang dioven maupun disangrai, yaitu kadar karbohidrat (glukosa), vitamin C, kafein, dan polifenol ternyata menunjukkan bahwa teh bunga sepatu memiliki komposisi zat-zat gizi tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan kita setiap hari dibandingkan pada teh yang biasa dikonsumsi dan teh rosella.
Dijelaskan, teh bunga sepatu merah dan orange yang dioven memiliki kadar glukosa 296 mg/g teh dan 228 mg/g teh, sedangkan jika disangrai kadar glukosanya 80 mg/g teh dan 68 mg/g teh. Pada teh rosella kadar glukosanya 60 mg/g teh dan beberapa teh biasa yang ada di pasaran memiliki kandungan glukosa yang relatif rendah, yaitu berkisar 6 – 8 mg/g teh. Kandungan yang relatif rendah pada  teh biasa inilah yang menyebabkan ketika orang mengonsumsi selalu menambahkan gula pasir ke dalam-nya, karena bagi teh biasa rasa yang dominan bukanlah rasa manis tetapi rasa sepet (sejenis rasa pahit) akibat tanin dan katekin yang terkandung di dalamnya relatif tinggi. Berdasarkan perbandingan kadar glukosa tersebut, maka teh bunga sepatu termasuk teh yang kandungan glukosanya relatif tinggi, sehingga dalam pengkonsumsiannya tidak perlu menambahkan gula pasir, kecuali mereka yang sangat menyukai rasa manis yang relatif tinggi. Hal ini berarti selain menghemat gula, juga sangat praktis jika dibawa kemana-mana tanpa perlu membawa gula.
Ditinjau dari kadar vitamin C-nya, teh bunga sepatu merah dan orange yang dioven sebesar 0,038 g/1 g teh dan 0,039 g/1 g teh, sedangkan jika disangrai sebesar 0,065 g/1 g teh dan 0,063 g/1 g teh. Pada teh rosella kadar vitamin C-nya hanya 0,006 g/1 g teh, jauh lebih sedikit daripada teh bunga sepatu. Padahal jika kita pernah menikmati teh rosella rasanya lebih masam. Ternyata masamnya teh rosella bukan karena kandungan vitamin C-nya, tetapi ada senyawa lain yang menyebabkan rasa masam, seperti polifenol yang memberi sensasi rasa segar masam pada teh.
Kadar vitamin C pada teh biasa relatif lebih tinggi dibandingkan teh bunga sepatu, yaitu 0,1 g/1 g teh. Namun demikian perlu diketahui bahwa kebutuhan vita-min C orang dewasa hanya sebesar 60 mg/hari (Simorangkir, 1977: 112), sehingga hanya dengan mengonsumsi 1 gram teh bunga sepatu merah/orange sangrai kebutuhan vitamin C kita dalam sehari sudah terpenuhi, yaitu 65 mg atau 63 mg, atau 2 gram teh bunga sepatu merah/orange oven, yaitu 76 mg atau 78 mg.
Teh bunga sepatu merah dan orange oven mengandung kafein sebesar 0,196 mg/1 g teh dan 0,685 mg/1 g teh, sedangkan jika disangrai kafeinnya sebesar 0,223 mg/1 g teh dan 0,426 mg/1 g teh. Kadar kafein pada teh biasa dan teh rosella secara umum relatif lebih tinggi dibandingkan pada teh bunga sepatu, yaitu sebesar 0,93 mg/1 g teh dan 0,637 mg/1 g teh. Seperti halnya vitamin C, kadar kafein yang dibutuhkan tubuh kita relatif sangat kecil, bahkan dianjurkan tidak mengonsumsi terlalu banyak minuman yang mengandung kafein. Hal ini karena kafein berpengaruh kurang baik bagi kesehatan kita.
Kadar polifenol pada teh bunga sepatu merah dan orange yang dioven sebesar 1,26% dan 1,2%, sedangkan jika disangrai sebesar 1% dan 0,72%. Pada teh biasa kadar polifenol sebesar 5%, tetapi terdiri dari polifenol yang terlarut dan tak terlarut. Sedangkan pada teh rosella sampai saat ini belum ada penelitian yang menentukan banyaknya kadar polifenol. Polifenol memiliki sifat antioksidan lebih baik dibandingkan vitamin-vitamin dan menjadi objek yang menarik perhatian para ahli nutrisi, epidemiologi, perusahaan agraria dan konsumen pada dekade terakhir. (witono N)