ALAT UKUR FISIKA BERHURUF BRAILLE

Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan, Hal ini menunjukkan bahwa setiap warga negara tidak terkecuali penyandang cacat berhak mengenyam pendidikan sama seperti anak normal. Siswa tunanetra, sebagaimana orang normal, juga membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Siswa tunanetra memiliki keterbatasan dalam penglihatan sehingga menghambat dalam kegiatan praktikum IPA khususnya Fisika karena membutuhkan kemampuan untuk menggunakan alat pengukuran yang mana identik dengan pembacaan skala. Berdasar keprihatinan ini maka sekelompok mahasiswa jurusan pendidikan fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta membuat suatu inovasi alat ukur besaran fisika menggunakan huruf Braille agar siswa tunanetra dapat memahami pelajaran fisika. Delthawati Isti R, Rina Supriyani, Tollaal Badru, Unik Ika Pertiwi dibantu Janu Arlinwibowo dari jurusan pendidikan matematika membuat mistar Braille untuk mengukur panjang, Neraca Pegas Braille  untuk mengukur massa dan gaya benda, serta Gelas Ukur Braille untuk mengukur volum benda. Menurut Delthawati Isti R dengan alat ukur Braille diharapkan siswa tunanetra dapat melakukan pengukuran seperti orang normal dan dapat digunakan dalam kegiatan praktikum IPA dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga kemampuan mereka secara psikomotorik dalam praktikum dapat terasah. “Media ajar ini belum ada di pasaran maupun di sekolah luar biasa sehingga alat ukur ini merupakan inovasi media pembelajaran IPA baru bagi siswa tunanetra.” kata Delthawati, “Disamping itu alat ini dibuat dengan tingkat keakuratan yang sama dengan alat ukur yang digunakan anak normal, sederhana, dan mudah menggunakannya.”. Rina Supriyani menambahkan, selain dapat membantu siswa tunanetra dalam melakukan kegiatan pengukuran langsung besaran panjang, massa, gaya, volume, dan praktikum seperti pengukuran massa jenis, juga dapat memberi motivasi kepada para guru untuk menciptakan suatu media bagi siswa tunanetra untuk kelancaran pembelajaran IPA. “Jika seorang tunanetra memperoleh pendidikan dan latihan yang tepat serta diberi kesempatan, ketunanetraan tidak lebih dari sekedar gangguan fisik. Hal ini menyiratkan bahwa dengan pendidikan dan latihan yang tepat serta kesamaan kesempatan, orang tunanetra pada umumnya akan dapat melakukan pekerjaan pada umumnya dan akan dapat melakukannya sebaik orang yang normal.” ujar Rina. “Alat ukur fisika berhuruf Braille ini telah diimplementasikan di MTs LB/A Yaketunis Yogyakarta dan MAN Maguwoharjo Yogyakarta yang merupakan sekolah inklusi”.
Janu Arlinwibowo mengatakan bahwa implementasi dilakukan dengan cara meminta responden untuk mengukur panjang benda dengan menggunakan Braille Ruler (Mistar Braille),mengukur massa dan berat benda dengan menggunakan Braille Spring Balance (Neraca Pegas Braille), dan mengukur volum benda dengan menggunakan  Braille Becker Glass (Gelas Ukur Braille).  Dengan demikian dapat  mengetahui bagaimana alat ukur tersebut diterapkan dan digunakan dengan baik dalam praktikum IPA bagi siswa tunanetra. “Dengan alat ini terbukti bahwa siswa tunanetra berhasil meningkat kemampuan psikomotoriknya” kata Janu. Kreatifitas mahasiswa ini membuahkan hasil dengan meraih dana DIKTI dalam Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Penelitian tahun 2011.