Perilaku Banteng Taman Nasional Baluran

Taman Nasional Baluran merupakan salah satu taman nasional yang melakukan penangkaran banteng sebelum akhirnya di lepas liarkan dengan tujuan untuk memberikan adaptasi lingkungan yang sesuai dengan kondisi lingkungan di Taman Nasional Baluran.
Untuk menganalisis kondisi habitat banteng (Bos Javanicus) di penangkaran semi alami dan mengamati perilaku harian Banteng di Taman Nasional Baluran, mahasiswa Biologi FMIPA UNY yang beranggotakan Anggun Andreyani, Cici Nurmaidha Tanjung, Shinta Kartika Dewi, Desy Novita Sari, Ida Uswatun K, dan Helda Ayuana Reta melakukan penelitian tersebut dalam mata kuliah studi ekskursi. Penelitian dilakukan dengan metode scan sampling , kemudian dilakukan pengelompokan jenis perlakuan yang ditemui dan dibuat ethogram. 
Anggun menjelaskan, pada pengamatan kali ini 5 ekor banteng berhasil kami amati perilakunya didalam kandang penangkaran selama 10 jam. Berdasarkan data ethogram diketahui bahwa setiap banteng memiliki alokasi makan yang berbeda-beda. 
Pada banteng Usi alokasi makan yang dibutuhkan adalah 59 menit dengan persentase 49,7 %, banteng Tina 21 menit dengan persentase 30 %, banteng Tekad 37 menit dengan persentase 61,7 %, banteng  Nina 55 menit dengan persentase 37,4 % dan Banteng Doni 46 menit dengan persentase 52,2%. Jadi alokasi waktu yang dibutuhkan dalam perilaku harian banteng adalah 281 menit dengan persentase 44,1 %. Perilaku  ini merupakan perilaku dengan alokasi waktu paling lama dibandingkan dengan perilaku yang lain hal ini dikarenakan banteng termasuk dalam hewan pemamah biak atau ruminansia yang mengunyah kembali makananya. 
Secara keseluruhan, lanjut Anggun, hasil penelitian didapat hasil bahwa prilaku harian yang paling sering dilakukan adalah prilaku makan dan minum yaitu sebesar 44,1% dari keseluruhan perilaku yang ditunjukan yaitu prilaku pengeluaran zat sisa sebesar 9,1 %, prilaku komunikasi yang diindikasi dengan  mengeluarkan suara sebesar 23, 1 % dan perilaku bersantai sambil memamah biak sebesar 23,6%. Selain perilaku juga didapat klimatik yaitu memiliki suhu sekitar 280 C, kecepatan angin 1,8 km/ jam, pH tanah sekitar 6-7, intensitas cahaya 1900 lux dan kelembaban sekitar 75 %. Kami berharap dengan penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam upaya konservasi banteng dan pola penangkaran yang tepat. (Anggun/witono)