Yogyakarta – Siapa sangka kulit bawang merah yang biasanya cuma jadi sampah dapur, ternyata bisa jadi bahan obat antivirus? Itulah ide brilian sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang tengah mengembangkan nanogel padat liposomal untuk menghantarkan senyawa aktif dari kulit bawang merah sebagai kandidat terapi Hepatitis C Virus (HCV).
Tim ini terdiri dari Tsabita Chairani Candra (Kimia 2022) sebagai ketua, dengan anggota Adha Nur Rahman Fauzi (Fisika 2022), Muhammad Irfan Sutan (Biologi 2022), Fauziatul Adhimah (Kimia 2023), dan Abraham Husain (Biologi 2022).
Kulit bawang merah yang selama ini dianggap limbah ternyata menyimpan salah satu senyawa flavonoid, yaitu quercetin, yang memiliki aktivitas antivirus kuat. Namun, tantangan utamanya adalah bagaimana cara menghantarkan senyawa tersebut secara efektif ke dalam tubuh tanpa cepat terdegradasi.
Di sinilah nanogel padat liposomal hadir sebagai solusi. Teknologi berbasis nanopartikel ini mampu melindungi senyawa aktif sekaligus meningkatkan ketersediaan hayati (bioavailabilitas) dalam tubuh. “Kalau biasanya limbah kulit bawang dibuang begitu saja, kami coba ubah jadi sesuatu yang bermanfaat. Dengan nanoteknologi, bahan alami ini bisa dioptimalkan untuk kesehatan,” jelas Abraham, salah satu anggota tim.
Pembuatan nanogel padat liposomal membutuhkan ketelitian tinggi, mulai dari ekstraksi senyawa aktif dari kulit bawang merah, pencampuran dengan bahan pembuat liposom, hingga tahap pembentukan nanogel padat.
Adha Nur Rahman Fauzi menjelaskan, “Tantangan terbesarnya ada pada menjaga stabilitas partikel agar tetap dalam skala nano. Kalau ukuran terlalu besar, efektivitas penghantaran obat bisa berkurang, maka dari itu dibutuhkan pengujian SEM, PSA, dan DTA untuk mengetahui ukuran partikel, struktur morfologi serta ketahanan termal pada sampel,” ungkapnya.
Selain proses formulasi, tim juga melakukan uji simulasi molecular docking untuk menilai potensi antivirus dari quercetin. Docking ini bertujuan memprediksi interaksi senyawa aktif dengan protein target NS3/4A protease, enzim penting dalam replikasi virus HCV.
Muhammad Irfan Sutan menjelaskan, “Pengujian docking dilakukan untuk mengetahui adanya daya afinitas antara senyawa flavonoid dengan protein target, yang mengindikasikan potensi penghambatan terhadap aktivitas enzim protease NS3/4A,” jelasnya.
Tim juga menekankan alasan pemilihan sistem liposomal dalam riset ini. Liposom memiliki struktur bilayer yang menyerupai membran sel, sehingga mampu membawa senyawa aktif menembus lapisan biologis dengan lebih efektif.
Dalam bentuk nanogel padat, liposom tidak hanya lebih stabil, tetapi juga memungkinkan pelepasan senyawa aktif dilakukan secara terkontrol. “Liposom bisa menjadi pembawa yang efektif karena sifatnya biokompatibel dan mampu meningkatkan bioavailabilitas. Dengan begitu, bahan aktif dari kulit bawang merah dapat dihantarkan dengan lebih efisien ke target terapi,” jelas Fauziatul Adhimah.
Hepatitis C merupakan penyakit serius yang menyerang hati dan dapat berkembang menjadi sirosis hingga kanker hati. Menurut data World Health Organization (WHO), lebih dari 58 juta orang di dunia hidup dengan infeksi Hepatitis C kronis, dengan sekitar 1,5 juta kasus baru setiap tahunnya.
Meski sudah ada obat antivirus modern, harganya masih sangat mahal dan belum semua pasien memiliki akses terhadap pengobatan tersebut. Di Indonesia, Hepatitis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan angka prevalensi yang cukup tinggi. Karena itu, pencarian alternatif terapi berbasis bahan alam yang lebih terjangkau, aman, dan efektif sangatlah mendesak.
Inovasi mahasiswa UNY ini menawarkan peluang besar: memanfaatkan limbah organik yang murah dan melimpah menjadi sumber bahan aktif bernilai tinggi untuk kesehatan. Jika terus dikembangkan, riset ini tidak hanya berpotensi mengurangi beban limbah rumah tangga, tetapi juga menjadi solusi pengobatan yang lebih inklusif bagi masyarakat luas.
Karya mahasiswa FMIPA UNY ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan bisa berangkat dari hal sederhana yang ada di sekitar kita. Limbah yang sering dianggap remeh justru bisa menjadi kunci solusi kesehatan global. Penelitian ini diharapkan bisa terus dilanjutkan hingga tahap uji praklinis, bahkan klinis, agar manfaatnya benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat.
Dengan semangat inovasi, kreativitas, dan kepedulian terhadap lingkungan, mahasiswa UNY membuktikan bahwa generasi muda Indonesia mampu melahirkan terobosan besar dari hal-hal kecil yang sering terabaikan. (tim penulis/ratna).