SEMINAR TKPFN KE-17

Tragedi pada PLTN nomor 1 hingga nomor 4 milik Tokyo Electronic Power Company (TEPCO) di Fukushima yang disebabkan oleh bencana alam gempa bumi dan tsunami pada 3 Maret 2011 menyebabkan konsekuensi yang sangat parah. Restorasi kecelakaan sedang berkembang terus dengan perkiraan dari tanaman yang rusak sekitar 1 hingga 4 jutaan dari yang tercatat setelah peristiwa itu. Sementara itu penutupan reaktor dingin akan dilakukan pada akhir tahun ini, bukan di bulan Januari seperti yang direncanakan. Dari peristiwa tersebut ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dan harus diterapkan untuk meningkatkan tingkat keselamatan PLTN di dunia. Dengan isu kunci yang terpenting untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan dunia PLTN adalah manajemen kecelakaan. Jepang akan mendukung bagi negara-negara mencari cara untuk menggunakan pembangkit tenaga nuklir untuk mengamankan energi dan memerangi pemanasan global. Demikian dikatakan Dr. Akira Kaneuji, Chief Secretary of Senior Network, Atomic Energy Society of Japan Corporate Adviser, Mitsubishi Heavy Industries, Ltd. Jepang pada Seminar Nasional Teknologi dan Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir ke-17 (TKPFN ke-17) yang merupakan kerjasama antara Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta dengan Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - Badan Tenaga Nuklir Nasional (PTRKN – BATAN) di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Sabtu 1 Oktober 2011. “Untuk menanggulangi hal itu kami telah menurunkan tingkat radiasi yang telah dilakukan hingga Juli 2011 dan akan dilanjutkan hingga 3 – 6 bulan kedepan hingga cold shutdown condition pada akhir 2011.” Kata Akira. Sedangkan Dr. Eng. Liem Peng Hong, dari NAIS. Co., Inc. Jepang menjelaskan bahwa tujuan umum keselamatan nuklir adalah untuk melindungi individu, masyarakat dan lingkungan dari bahaya dengan mendirikan dan mempertahankan dalam instalasi nuklir pertahanan efektif terhadap bahaya radiologis. “Jika PLTN diperkenalkan ke Indonesia maka kita harus mempersiapkan risiko residual dan tanggap darurat untuk melindungi orang, masyarakat dan lingkungan” kata Liem Peng Hong yang mengetengahkan materi “Pelajaran dan Peningkatan Keselamatan Belajar dari Kecelakaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Jepang”.
    Seminar yang diikuti oleh lebih dari 300 orang guru, dosen dan mahasiswa tersebut dibuka oleh Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA dan dihadiri oleh Deputi Pengembangan Teknologi dan Energi Nuklir BATAN Ir. Adiwardojo. Selain itu hadir segenap pejabat BATAN Jakarta dan jajaran Dekanat dari Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta serta undangan dari beberapa instansi dan perguruan tinggi di Indonesia. Pembicara utama dalam seminar ini adalah Dr. Akira Kaneuji dari Atomic Energy Society of Japan Corporate Adviser Jepang, Dr. Eng. Liem Peng Hong, dari NAIS. Co., Inc. Jepang, Dr. Takehiko Mukaiyama dari Japan Information and Cultural Centre, Dr. Ariswan dosen jurusan pendidikan fisika Fakultas MIPA UNY, Dr. Khoirul Huda, Deputi Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dan Prof. Ir. Mukhtasor, M.Eng., Ph.D. anggota Dewan Energi Nasional RI. Menurut kepala biro kerjasama, hukum dan humas BATAN Ferhat Aziz seminar nasional TKPFN ini diselenggarakan sebagai sarana untuk saling tukar informasi antar para pemerhati nuklir, lembaga pemerintah, akademisi, lembaga non pemerintah dan masyarakat luas yangbersifat teknis maupun non teknis yang diperlukan untuk mendukung kesiapan SDM maupun sarana prasarana pendukung sebagai bagian dari pemanfaatan energi nuklir, yang diharapkan akan menjadi salah satu media penting dalam penguasaan dan pengembangan IPTEK nuklir dalam rangka persiapan pembangunan PTLN di Indonesia.
    Pemakalah Dr. Ariswan dosen jurusan pendidikan fisika Fakultas MIPA UNY mengatakan bahwa kebutuhan energi listrik di Indonesia dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, diperkirakan terus meningkat dengan laju rata-rata sebesar 18% per tahun. Energi Nuklir adalah salah satu pilihan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan energi besar di masa depan namun demikian masyarakat Indonesia masih ada yang pro dan kontra terhadap energi nuklir sehingga sosialisasi tentang nuklir  melalui pendekatan akademik oleh LPTK diyakini dapat  mempercepat daya terima masyarakat terhadap pemanfatan teknologi nuklir, khususnya dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional di masa depan menuju bangsa dengan kemandirian energi. Sedangkan Dr. Khoirul Huda, Deputi Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) menyampaikan tentang peran BAPETEN dalam menangani kecelakaan nuklir dan Prof. Ir. Mukhtasor, M.Eng., Ph.D. anggota Dewan Energi Nasional RI menyampaikan tentang posisi kebijakan PLTN dalam Perkembangan Kebijakan Energi Nasional tahun 2011 – 2050.