PEMANFAATAN LIMBAH MEDIA JAMUR TIRAM

Jamur Tiram, tumbuhan ini  banyak tumbuh di wilayah Indonesia karena iklim yang cocok. Jamur ini sangat bermanfaat dan bernilai ekonomis tinggi karena banyak dijual sebagai produk makanan. Sehingga banyak masyarakat umum yang membudidayakan jamur tiram. Banyaknya petani yang membudidayakan jamur tiram menimbulkan masalah limbah dari pembudidayaan Jamur Tiram. Karena limbah yang ditimbulkan akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya petani yang membudidayakan jamur tiram.
Dari hal diatas Mahasiswa FMIPA UNY yang terdiri Yashinta Devi, Muhammad Yulianto Budiono, Reni Wiarti Muharomi dengan pembimbing Dr. Das Salirawati, M.Si  memanfaatkan limbah media jamur tiram sebagai organic fertilizerdengan variasi konsentrasi Effective Microorganism (EM4) untuk mengatasi limbah petani jamur tiram
Devi menerangkan, menurut  data dari Dinas Pertanian Provinsi DIY,  jumlah petani jamur sekitar 100 orang dengan kapasitas bag log jamur per orang sekitar 13.000. Bila dilihat dari jumlah pembudidaya jamur tiram tersebut maka kelimpahan limbah yang dihasilkan sangat banyak dan saat ini belum terkelola dengan baik. Padahal limbah budidaya jamur tiram sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pupuk organik.
“Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi pemberian Effective Microorganism (EM4) berpengaruh terhadap kualitas Organic Fertilizer dari limbah media jamur tiram, mengetahui variasi Organic Fertilizer dari limbah media jamur tiram yang sesuai dengan standar dari Kementerian Pertanian”, lanjutnya.
Metode penelitian, menurut Devi, menggunakan variasi konsentrasi Effective Microorganisme (EM4) untuk pembuatan pupuk organik limbah media tanam jamur tiram dari Minggu ke-0 Sampai Minggu ke-4 dengan parameter uji C/N organik, kadar air, pH, dan suhu yang dibandingkan dengan standar dari Kementerian Pertanian.
Penelitian dimulai dengan menyediakan limbah media budidaya jamur tiram, kemudian menambahkan EM4 (variasi konsentrasi 0%, 5%,10%, 15%,20% dari berat limbah media jamur tiram 150 kg). Pengomposan dilakukan pada Minggu ke-0 sampai Minggu ke-4. Setelah itu dilakukan uji kadar air, Uji Kadar Nitrogen menggunakan metode kjeldahl, Uji kadar C Organik menggunakan metode walkey and black , suhu.
Pada pengukuran suhu ini dilakukan pengamatan dari suhu awal pengadukan dan pengamatan suhu setiap semiggu sekali pada saat proses pembalikan kompos limbah media jamur tiram. Sedangkan uji kandungan derajat kesaman (pH) dilakukan setiap 7 hari sekali setelah proses pengadukan selesai.
Dari hasil penelitian dan pengujian yang sudah dilakukan  maka penambahan kadar EM4 15% merupakan variasi terbaik atau lebih mendekati standar.  (witono N)