Mahasiswa Biologi UNY Identifikasi Tumbuhan Yang Tidak Ternaungi

Mahasiswa Biologi FMIPA UNY melaksanakan Studi ekskursi yang merupakan salah satu bentuk sarana pembelajaran bagi mahasiswa. Melalui kegiatan ini mahasiswa dapat berhadapan langsung dengan objek dan habitat aslinya. Para mahasiswa yang terdiri Nur Siti Kurniasih, Mega Cahaya L.T, Endang Susilowati, Mulyono, melaksanakan studi ekskursi di Hutan Musim Tanaman Nasional Bali Barat (TNBB), 21/11 /14.
Diterangkan Siti, flora yang hidup di ekosistem ini memiliki karakter yang menarik. Sehingga, pada kegiatan ini objek pengamatan yang diamati adalah tumbuhan yang tidak ternaungi. Maksud dari tidak ternaungi ini adalah tumbuhan tersebut tidak ditutupi oleh tumbuhan tajuk, sehingga cahaya matahari dapat langsung masuk ke dalam lantai hutan. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengidentifikasi dan mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap karakteristik tumbuhan yang tak ternaungi di Hutan Musim TNBB.
“Tumbuhan yang hidup di kawasan ekosistem hutan musim TNBB, menggugurkan daunnya ketika memasuki musim kering. Selain itu, sebagian besar batang tumbuhan yang hidup ditempat ini sangat keras, memiliki daun yang kecil, serta batang yang memiliki duri. Kelembapan tanah pada ekosistem ini, sebesar 40 %, suhu udara rata-rata mencapai 36 0C, intensitas cahaya sebesar 636,67 lux, kelembapan udara sebesar 45 mmHg,” lanjutnya.  
Tumbuhan yang teridentifikasi di kawasan hutan musim Taman Nasional Bali Barat adalah Suku Rutaceae, Xanthophyllum sp., Manilkara sp., Eupatorium sp., Lantana sp., Capparis sp., Flacourtia sp., Helicteres sp., Trema sp., Ordo  Magnoliales, Leucaena sp.
Dijelaskan, hutan musim ini terletak pada ketinggian 42 meter dari permukaan laut. Sehingga  termasuk kedalam hutan musim tipe 1. Tumbuhan yang hidup ditempat ini pada umumnya memiliki ketinggian tajuk yang sama. ekosistem hutan musim hanya memiliki satu lapisan tajuk dan banyak sinar matahari yang bisa masuk hutan sampai ke lantai hutan. Akan tetapi, pada plot yang diamati terdapat satu pohon yang memiliki ketinggian yang berbeda, yakni sawo kecik. Walaupun begitu, sinar matahari masih bisa masuk hutan sampai ke lantai hutan. Hal ini ditandai dengan ditemukannya beberapa spesies semak dan herba yang dapat  tumbuh dan berkembangnya di lantai hutan. (witono).