Luka kronis akibat diabetes atau yang dikenal sebagai ulkus diabetikum (UD) masih menjadi masalah serius di Indonesia. Pengobatan dengan antibiotik sering kali tidak efektif karena bakteri menjadi kebal, luka sulit ditembus, dan terbentuk lapisan biofilm yang menghambat penyembuhan. Bahkan, 78,2% pasien UD mengalami kondisi ini. Kondisi tersebut menjadi perhatian penting dalam pencapaian tujuan Pembangunan Berkelanjutan yaitu kehidupan sehat dan sejahtera, yang menekankan peningkatan kualitas layanan kesehatan dan inovasi terapi penyakit kronis untuk menurunkan angka kesakitan.
Menjawab tantangan tersebut, tim peneliti dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yaitu A. Bunga Calista, Muthiah Atiqoh, Susanti Agustina, Afifah Jihan K, dan Bayu Ramadan dengan dosen pembimbing Dr. Evy Yulianti, M.Sc., mengembangkan serbuk topikal berbasis nanoteknologi yang mengandung asiaticoside (AS) dari tanaman pegagan (Centella asiatica). AS dikenal memiliki kemampuan menumbuhkan pembuluh darah baru, meredakan peradangan, dan melawan bakteri. Namun, karena molekulnya besar dan tidak larut dalam air, efektivitasnya rendah jika digunakan langsung.
Untuk mengatasi hal ini, peneliti menggunakan teknologi Nanostructured Lipid Carrier (NLC) yang membantu AS lebih stabil, mudah diserap, dan dilepaskan secara bertahap. Bentuk serbuk dipilih karena lebih cocok untuk luka terbuka seperti UD. Ekstrak pegagan diperoleh dari 25 gram daun kering, menghasilkan 3,905 gram ekstrak kental dengan kandungan AS yang terukur. Peneliti mencoba tiga rasio campuran surfaktan (Tween 80 dan Lesitin): 1:3, 1:1, dan 3:1. Hasil terbaik ditemukan pada rasio 1:1, dengan efisiensi pembentukan partikel sebesar 15% dan ukuran partikel terkecil (264,8 nm) yang menunjukkan stabilitas tinggi.
Bunga Calista menjelaskan, uji laboratorium menunjukkan bahwa AS berhasil terperangkap dalam NLC dengan tingkat penjerapan di atas 80%. pH formulasi juga sesuai dengan pH kulit, sehingga aman digunakan. Bentuk partikel bulat yang terlihat dari hasil SEM mendukung pelepasan zat aktif secara optimal.
“Formulasi AS-NLC 1:1 menunjukkan kemampuan antiinflamasi tertinggi, serta meningkatkan pembentukan pembuluh darah baru yang penting untuk penyembuhan luka. Yang paling menonjol, formulasi ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri MRSA hingga 52,18%, lebih tinggi dibandingkan antibiotik Ciprofloxacin yang hanya mencapai 31,7% setelah 24 jam”, lanjutnya.
Penelitian ini mendukung program nasional dalam bidang kesehatan dan gizi masyarakat, serta mendorong kemandirian industri obat berbasis bahan alam. Serbuk topikal AS-NLC dari pegagan berpotensi menjadi solusi baru yang efektif, aman, dan terjangkau untuk pengobatan luka diabetes di Indonesia. (ev/witono)