SEMINAR NASIONAL KIMIA

Bahan bakar minyak suatu saat akan habis karena bahan bakar ini tidak dapat diperbaharui sehingga orang mulai mencari bahan bakar alternative untuk mengantisipasi keadaan di masa depan tersebut. Penggunaan bahan bakar nabati sudah dimulai sejak lama dan telah diproduksi secara besar-besaran di negara tertentu karena diketahui bahwa bahan bakar nabati dapat menimbulkan lebih sedikit pencemaran lingkungan sebab lebih sedikit gas karbon dioksida yang dikeluarkan dibandingkan bahan bakar minyak sehingga bahan bakar nabati menjadi salah satu alternatif energi terbarukan dan juga berperan dalam pengurangan efek negatif rumah kaca. Demikian dikatakan Dr. Yanni Sudiyani, M.Agr. dari Peneliti Bidang Kimia Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Serpong Tangerang dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY hari Sabtu 4 Juni 2011. Lebih lanjut Yanni mengungkapkan bahwa Presiden Republik Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca 26% atau 767 juta ton meliputi dari sektor kehutanan, gambut dan pertanian sebesar 680 juta ton, sektor energy sebesar 30 juta ton, limbah 48 juta ton dan sektor industri dan transportasi 9 juta ton. “Kebijakan penggunaan energi baru terbarukan tersebut sebanyak 17% pada tahun 2025 dimana 5%-nya adalah dari bahan bakar nabati atau biofuel” kata Yanni, “Biofuel tersebut terbagi menjadi tiga jenis yaitu biodiesel sebagai pengganti solar, bioetanol sebagai pengganti bensin dan bio-oil”.
Menurut ketua panitia Candra Daty Novitasari seminar bertema “Aplikasi kimia dan pendidikan kimia dalam menanggulangi pencemaran lingkungan pada momentum Tahun Internasional Kimia 2011” tersebut bertujuan untuk mengurangi global warming melalui pencemaran lingkungan dimana ilmu yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah diharapkan dapat digunakan untuk mengatasi pencemaran lingkungan. Dibuka oleh Rektor UNY Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA yang dalam sambutannya mengatakan bahwa kemajuan Ipteks khususnya bidang kimia telah memberikan pencerahan dan kesejahteraan bagi manusia dan lingkungan tetapi di sisi lain tidak dapat dipungkiri dalam batas tertentu telah menimbulkan pengaruh negatif bagi kehidupan manusia dan kelestarian lingkungan. “Diharapkan kehadiran ilmu kimia dapat memberikan pencerahan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia dan bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya serta lingkungan di muka bumi,” kata Rochmat, “Oleh karena itu kami sangat berharap semua komunitas kimia terus secara kreatif melakukan riset yang mampu menghasilkan solusi bagi kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan maupun menghindari dan memperkecil dampak negative dari kimia”. Seminar diikuti oleh 320 mahasiswa kimia dari berbagai perguruan tinggi di DIY dan dihadiri pula oleh ketua prodi pendidikan kimia FMIPA UNY Rr. Lies Permanasari, M.Si dan dosen jurusan kimia Siti Marwati, M.Si.
Pembicara yang lain menampilkan Dr. Jarnuzi Gunlazuardi dari Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Indonesia sekaligus anggota Komunitas Masyarakat Nano Indonesia. Diungkapkan oleh Jarnuzi bahwa fotokatalisis menyiratkan kombinasi proses fotokimia dengan katalisis yang memerlukan cahaya agar reaksi kimia yang diperlukan berlangsung. “Konsep reaksi fotokatalitik heterogen adalah pemanfaatan padatan semikonduktor dibawah pengaruh cahaya untuk menstimulasi reaksi kimia pada interface larutan” kata Jarnuzi. Pembicara lain Prof. Dr. AK Prodjosantoso dari prodi pendidikan kimia FMIPA UNY mengungkapkan bahwa isu lingkungan harus mendapat perhatian serius dari berbagai kalangan. “Sekolah dan guru kimia sebagai agent of change di masyarakat memegang peran yang sangat penting” kata Prodjosantoso, “Guru kimia dapat ikut mengambil peran dalam mengatasi masalah lingkungan melalui aplikasi pembelajaran, misalnya, bahasan krisis energy dan lingkungan dapat dikorporasikan dalam kurikulum dan silabus sehingga siswa diharapkan secara kritis mampu memahami dan mempunyai ketrampilan akademik untuk memecahkan masalah lingkungan melalui aplikasi pembelajaran.” tutupnya.