SABUT KELAPA PENGGANTI SPONS

Kelapa sangat akrab dalam hidup keseharian masyarakat Indonesia karena potensi kelapa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperluas lapangan pekerjaan cukup menjanjikan. Berbagai produk komersial dari bioindustri kelapa sangat beranekaragam selain daripada produk makanan dan minuman. Pemanfaatan tersebut antara lain liquid smoke atau asap cair (alternatif bahan pengawet pengganti formalin), produk Virgin Coconut Oil (VCO), biodiesel, adsorben, produk minyak goreng, produk sabun, serat sabut kelapa, briket arang (pengganti briket batubara), nata de coco dan lain-lain. Dari banyaknya penggunaan kelapa banyak limbahnya yang menumpuk dan tidak termanfaatkan seperti sabut kelapa, padahal sabut merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa yaitu 35 % dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram dan gabus 175 gram. Karena sifat fisika dan kimia serat sabut kelapa ini mulai dimanfaatkan sebagai bahan baku industri karpet, jok, dashboard kendaraan, kasur, bantal, dan hardboard. Sekelompok mahasiswa jurusan pendidikan fisika FMIPA UNY yaitu Sulanjari, Risky Wulandari dan Nurul Muyasaroh merekayasa sabut kelapa sebagai alat pencuci piring karena serat sabut kelapa mempunyai struktur pori halus dan juga dapat menyerap air dengan baik. Kreativitas ini membuahkan hasil dengan mendapatkan dana dari DIKTI untuk mengembangkan usahanya.
Sulanjari mengemukakan alasan memilih sabut kelapa sebagai alat pencuci piring karena spons pencuci piring biasanya terbuat dari busa yang tidak dapat teruraikan sehingga mencemari lingkungan, sedang limbah sabut kelapa dapat terurai sehingga dapat menyuburkan tanah bahkan mengurangi efek global warming. Selain itu kebiasaan meninggalkan spons pencuci piring didalam air sabun kurang tepat karena bakteri dapat berkembang di dalam air. Apalagi jika air tersebut bersentuhan dengan busa yang telah digunakan untuk mencuci yang berakibat spons akan dipenuhi oleh bakteri. Apabila spons tersebut masih dipergunakan untuk mencuci piring, piring tersebut justru menjadi sarang bakteri. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mengganti spons secara berkala, setidaknya sekali dalam satu minggu. Penggantian spons yang sering dilakukan akan menambah pencemaran lingkungan oleh limbah sintetis. Risky Wulandari menambahkan bila spons tersebut terbuat dari sabut kelapa tidak akan mencemari lingkungan karena sabut kelapa mengandung zat yang dapat menyuburkan tanah dan dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk serta dapat menetralkan keasaman tanah. Bila spons pencuci piring dari sabut kelapa ini jika sudah tidak dipergunakan lagi bisa dibuang di tanah karena sudah terbukti menyuburkan. Hal ini jauh berbeda jika dengan spons sintesis yang tidak terurai yang akan mencemari lingkungan. Cara membuatnya dikatakan Nurul Mulyasaroh yaitu sabut kelapa dikeringkan lalu pisahkan bagian sabut kelapa dari kulit terluarnya dan dipotong-potong dengan menggunakan gunting jumbo dengan ukuran 10 cm x 7cm x 3 cm. Setelah siap baru  dikemas dengan menggunakan plastik yang telah dicetaki nama produk