EARLY FLOOD WARNING SYSTEM

Curah hujan di Indonesia tiap tahunnya cukup tinggi. Hal ini menyebabkan beberapa wilayah Indonesia sering terjadi bencana banjir ketika musim penghujan tiba karena beberapa faktor seperti kondisi lingkungan yang rusak, penebangan hutan secara liar dan kondisi tempat yang lebih rendah dari sekitarnya. Pemerintah perlu mengupayakan cara menanggulangi masalah banjir ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memanfaatkan alat pendeteksi banjir karena dengan adanya alat tersebut masyarakat di dekat pusat banjir bisa mengetahui lebih awal terjadinya bencana. Namun pembuatan alat-alat tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit bahkan bisa menyita waktu serta pengujian yang lama serta tidak semua orang bisa membuatnya karena memerlukan keahlian khusus atau dikatakan cukup rumit. Oleh karena itu diperlukan alat pendeteksi banjir sederhana yang dapat dibuat oleh masyarakat secara mandiri dan dapat berfungsi secara efektif. Dari sinilah sekelompok mahasiswa Fakulktas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta yaitu Yuli Estrian, Dodi Krisdianto, Dian Pratama Sari, serta Nur Jannah dari jurusan pendidikan fisika dan Muhammad Taufiq dari prodi pendidikan IPA membuat Early Flood Warning System  yang merupakan alat pendeteksi banjir terbuat dari barang-barang sederhana yang tersedia di pasaran secara luas sehingga masyarakat dapat mendapatkannya. Menurut Dodi Krisdianto, pembuatan alat ini cukup mudah karena alat ini menerapkan sistem rangkaian listrik tertutup. Artinya tidak menerapkan sistem rangkaian instalasi listrik yang rumit, dengan demikian masyarakat dapat membuat alat pendeteksi banjir mandiri dan alat ini bisa sebagai alternatif.
Muhammad Taufiq menjelaskan karakter pendeteksi banjir sederhana ini adalah prinsip rangkaian listrik tertutup digabung dengan hukum Archimides, dimana setiap benda yang dimasukkan ke dalam fluida baik seluruhnya atau sebagian akan mendapatkan atau dikenai gaya dari segala arah sebesar berat benda yang dimasukkan tadi. Dengan demikian, dapat dikatakan setiap benda yang dimasukkan dalam fluida akan mendapatkan gaya angkat ke atas. Digabungkan dengan prinsip rangkaian listrik, disana terdapat saklar otomatis yang akan menghubungkan rangkaian tersebut karena adanya dorongan air sungai yang meninggi. Dengan demikian, ketika saklar terhubung maka arus listrik dapat mengalir dan menghidupkan lampu serta membunyikan alarm peringatan.
Pembuatan alat pendeteksi banjir ini cukup sederhana. Dijelaskan oleh Nur Jannah bahwa bahan utama dalam Early Flood Warning System adalah pipa paralon, karet, lampu sirine, modul sirine, pengeras suara, lempeng konduktor tembaga dan gabus. Di atas gabus dipasang tongkat aluminium ringan dan di ujungnya dipasang konduktor yang sudah dihubungkan dengan kabel. Bila volume air sungai meningkat air mendorong gabus dan karet ke atas. Pada saat ujung tongkat alumunium bergerak ke atas maka akan menyentuh pada lempeng konduktor yang sudah dipasang pada bagian sirine. Dengan demikian ketika kedua konduktor saling menyentuh arus listrik akan mengalir sehingga membunyikan speaker dan menyalakan lampu sirine sebagai peringatan atau tanda terjadinya banjir selama 2-3 menit yang terdengar dalam radius 100 meter dari pusat terjadinya banjir. Alat ini telah diujicobakan di Selokan Mataram Yogyakarta dengan hasil memuaskan. Early Flood Warning System dapat diinstalasikan di sekitar pintu air sungai dan dipasang tegak pada dinding batas sungai yang telah dipasang dudukan plat besi sebelumnya. Sedangkan sirine dipasang di dekat pemukiman penduduk. Kreativitas ini berhasil mendapatkan dana Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2010 yang didanai DIKTI dan lolos dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional yang akan diselenggarakan di Universitas Mahasaraswati Denpasar bulan ini, tambah Dian Pratama Sari.