Alat Peraga Jembatan Menuju Tahab Abstrak

Alat peraga dipandang dapat digunakan untuk membantu pemahaman maupun penggunaannya dalam kehidupan atau pembelajaran.  Yang paling susah mengajar adalah memberi alasan mengapa matematika itu rasional. Misalnya bilangan dibagi hasilnya jadi membesar seperti pada angka bilangan 4 jika dibagi ½ hasilnya adalah 8. Hal tersebut menyebabkan pelajaran matematika kelihatan susah. Untuk menunjukkan hal tersebut lebih mudahnya diajarkan dengan alat peraga.
Demikian disampaikan Dr. Sugiman, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY,  ketika menerima studi banding 150 mahasiswa Pendidikan Matematika STKIP Garut, Selasa, 23/4 di ruang sidang fakultas FMIPA. Pada kesempatan tersebut para mahasiswa juga melihat mahasiswa Jurdik Matematika FMIPA UNY yang sedang praktikum membuat alat peraga matematika di laboaratorium FMIPA.
Dikatakan, dalam pembelajaran, tidak semua siswa membutuhkan alat peraga. Bagi siswa yang punya kemampuan tinggi pembelajaran dengan alat peraga malah bikin ribet. Tapi bagi siswa yang tidak bisa, tanpa alat peraga tidak akan mencapai ke tahap abstrak. Jadi alat peraga dibutuhkan oleh siswa yang membutuhkan.
Pembelajaran tidak wajib menggunakan alat peraga. Jika sampai pada tataran matematika yang abstrak maka alat peraga tidak dibutuhkan. Jadi sebaiknya penggunaan alat peraga secepat mungkin ditinggalkan sehingga mencapai pada tataran yang abstrak.
Ada siswa yang menggunakan alat peraga sebulan baru bias, ada yang walau Cuma sekali lihat alat peraga terus bias abstraksi, ada juga siswa yang tanpa alat peraga sudah bias memahami. Jadi tingkat kepentingannya berbeda. Masalah dilapangan adalah banyak guru yang menekankan cara berhitung, tapi tentang penalaran, kemampuan dimensi tiga jarang yang menerapkan. (witono)