Tim PPK Ormawa BEM FMIPA UNY Mengembangkan Kawasan Konservasi Tanaman Obat Berbasis Biodiversitas Unggulan Lokal Desa Brajan, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah

Badan Eksekutif Mahasiswa FMIPA UNY kembali berhasil menorehkan prestasi yang membanggakan, yaitu sebagai penerima bantuan Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) tahun 2022. Hasil ini berdasarkan pengumuman Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia yang diumumkan pada tanggal 15 Juni 2022 melalui surat 2741/E2/KM.09.00/2022 tentang penerima bantuan PPK Ormawa 2022.
Ketua tim, Hanifah, mengatakan, PPK Ormawa merupakan program penguatan kapasitas Ormawa melalui serangkaian proses pembinaan oleh Perguruan Tinggi yang diimplementasikan dalam program pengabdian kepada masyarakat. Melalui PPK Ormawa, diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam hal kepemimpinan, kerja sama tim, kepedulian sosial, kemampuan berpikir kritis, kreatif, penyelesaian masalah, komunikasi, kolaborasi, dan berliterasi teknologi informasi.
“Pada PPK Ormawa tahun ini, BEM FMIPA UNY akan melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat di Desa Brajan, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah dengan topik "Pengembangan Kawasan Konservasi Tanaman Obat Berbasis Biodiversitas Unggulan Lokal Desa Brajan, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah". Program ini mendapatkan dana sebesar 35 juta rupiah dan akan dilaksanakan dari bulan Juli hingga November 2022. Mahasiswa yang tergabung dalam Tim PPK Ormawa BEM FMIPA UNY dengan pembimbing Heru Sukoco, S.Si., M.Pd. berjumlah 15 orang yang berasal dari berbagai program studi di FMIPA. Dari prodi Pendidikan Matematika berjumlah 5 orang, prodi Pendidikan Fisika 4 orang, Prodi Pendidikan Biologi 4 orang, Prodi Pendidikan Kimia 2 orang”, lanjut mahasiswa dari Prodi Pendidikan Matematika ini.
Hanifah menambahkan, sesuai dengan topik yang diusung oleh BEM FMIPA UNY, kegiatan ini difokuskan pada pengembangan kawasan konservasi tanaman obat berbasis biodiversitas lokal dari Desa Brajan itu sendiri. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan oleh tim, Desa Brajan sendiri sebenarnya memiliki berbagai macam tanaman obat seperti telang, jahe, kencur, kunir, sirih, dan sereh yang sudah ditanam oleh masyarakat desa tersebut. Akan tetapi baru beberapa tanaman yang sudah dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakatnya, sedangkan selebihnya masih mengalami kesulitan dalam pengelolaan serta penanamannya. Oleh karena itu, perlu adanya peran mahasiswa dalam membantu pelestarian dan pemanfaatan tanaman obat tersebut. (hanifah/witono)