BATIK BERMOTIF STRUKTUR KIMIA

Pakaian batik telah menjadi trend di kalangan masyarakat. Batik Indonesia selalu mengalami perkembangan seiring berkembangnya zaman yang semakin modern. Motif batik pada zaman modern lebih dikenal dengan nama motif batik kontemporer dimana motifnya berbeda dengan motif batik klasik yang mempunyai filosofi tertentu. Oleh karena itu motif batik kontemporer lebih diminati masyarakat saat ini. Batik telah menjadi ciri khas dan kekayaan budaya Indonesia apalagi setelah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Oleh karena itu usaha pengembangan batik di Indonesia harus selalu digalakkan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Salah satunya menjadikan baju batik sebagai mode busana. Untuk menghadapi persaingan global dalam hal fashion perlu adanya perkembangan lebih lanjut lagi tentang mode baju batik kontemporer, supaya masyarakat tidak merasa bosan dengan motif batik yang telah ada maka perlu adanya pengembangan motif batik kontemporer. Motif batik kontemporer yang perlu dikembangkan yaitu motif batik yang belum pernah ada di pasaran dan menarik bagi masyarakat. Berdasarkan hal ini maka timbul ide kreatif dari mahasiswa jurusan pendidikan kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yaitu Priyo Yulianto, Muhammad Hizbul Wathon dan Tri Novita Indriyati dengan membuat ”batik kimia” dimana struktur senyawa organik kimia diaplikasikan menjadi motif batik. Dengan demikian koleksi desain-desain motif batik di Indonesia akan semakin banyak, sehingga batik Indonesia tidak akan pernah punah. Ide membatikkan struktur senyawa kimia ini berhasil meraih dana DIKTI tahun 2010 dalam program kreatifitas mahasiswa tingkat universitas.
Muhammad Hizbul Wathon menjelaskan bahwa motif struktur senyawa kimia dipilih karena jarang ada yang mengaplikasikan batik dengan motif ini, selain itu struktur senyawa kimia sangat banyak sehingga tidak bakal kehabisan ide pembuatan batik karena dalam ilmu kimia perubahan sebuah unsur kimia sederhana akan mengubah struktur susunan senyawanya. Priyo Yulianto menambahkan bahwa rumus struktur senyawa organik yang dapat diaplikasikan dalam pembuatan motif batik ini banyak sekali jenisnya dan bahkan hampir semua struktur senyawa organik tersebut bisa dijadikan tema dari sebuah motif batik, tergantung dari kreativitas dalam mendesainnya. Namun, agar menghasilkan batik yang indah maka perlu dilakukan pemilihan struktur senyawa organik yang sekiranya unik dan indah untuk diaplikasikan menjadi motif batik seperti struktur senyawa benzena, naftalena, antrasena, dan isobenzofuran. Struktur kimia senyawa-senyawa organik tersebut menarik dijadikan sebagai motif batik karena strukturnya unik dan mempunyai pola-pola yang belum pernah dijadikan motif batik. Namun, struktur seperti contoh di atas hanya merupakan contoh kecil dan merupakan contoh sederhana dari rumus struktur senyawa-senyawa organik. Masih banyak lagi senyawa-senyawa organik dengan struktur cincin yang lebih unik dan lebih rumit sehingga jika diaplikasikan menjadi tema dari motif-motif batik maka akan menambah sisi keindahan, keunikan, dan  keeksoktikan dari batik yang dihasilkan.
Proses pembuatannya seperti diungkapkan oleh Tri Novita Indriyati, senyawa organik yang sudah dipilih kemudian disusun dan dikreasikan sehingga menghasilkan suatu desain motif batik yang indah dan unik untuk digunakan sebagai motif. Batik yang bermotif rumus struktur senyawa organik tersebut didesain dengan mengkombinasikan antara rumus struktur senyawa organik dengan bentuk-bentuk benda lain misalnya mengkombinasikannya dengan motif bunga, garis, lingkaran, dan bentuk lainnya. Motif-motif tersebut berfungsi sebagai motif pendukung dari motif utama yaitu motif struktur senyawa organik. Pengkombinasian motif-motif itu dilakukan agar batik yang dihasilkan tidak terkesan monoton dan motif batik yang dihasilkan bisa lebih bervariasi. Proses selanjutnya setelah dibuat suatu pola pada kain kemudian membatik sesuai dengan pembuatan batik cap. Tetapi ada juga proses membatik dengan menggunakan batik tulis.