SEMINAR NASIONAL MIPA

Sains merupakan dorongan pada unsur pola dan cara berpikir melalui tatanan valid, true, reliable, verify, hypothesis, theory, law, principle, axioma, postulate dan proof. Dari sini bahasa dan nalar bekerja timbal balik saling mendorong mengembangkan sains sebagai basis pemikiran untuk membimbing manusia menemukan hal-hal yang orisinal. Sesuai dengan perkembangan kehidupan mulai dari sains – gaya Newton sampai kepada kehidupan yang modern manusia ternyata telah merasakan adanya tantangan baru, sebagai hal yang menakjubkan dari permulaannya sampai ke sains yang terbaru. Pendidikan khususnya pendidikan sains, matematik, dan bahasa memegang peranan penting dalam menghilangkan pembodohan dan dapat menuntun pada kehidupan yang lebih baik. Pada sisi lain banyak hal yang belum dimiliki misalnya “Standard Science” yang juga perlu diuji secara scientific dan pendapat masyarakat secara umum. Amerika Serikat telah mencanangkan ide baru tentang budaya sains “Science For All American” dari pendidikan dari usia dini, taman kanak-kanak sampai SMA, baik dari jurusan sains maupun non-sains. Demikian dikatakan Ir. Soelardjo Kertoatmodjo, M.Sc, DES dari program studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung dalam Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA di Ruang Seminar FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta pada Sabtu 15 Mei 2010. Lebih lanjut Soelardjo mengungkapkan bahwa sains selalu dikaitkan dengan fakta nyata yang terjadi dari suatu proses alam maupun yang secara khusus dirancang. Teori dari sains melekat pada rancangan proses, sedangkan fakta merupakan dasar dari proses sains. Karena sains harus diuraikan sesuai dengan hukum-hukum atau pedoman yang berakar maka fakta tersebut harus mengandung kebenaran, rasional dan logis pada saat menentukan kebenaran. Unsur-unsur fakta yang penting dapat dilacak lagi setiap saat sehingga manusia dapat menemukan fakta-fakta baru untuk koreksi.
Seminar dibuka oleh Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Dr. Rochmat Wahab, MA yang dalam sambutannya mengatakan bahwa MIPA pada hakekatnya sebagai suatu disiplin yang sangat berarti dalam pengembangan kemampuan berpikir logis, sistematis dan kreatif sehingga MIPA seringkali mampu mengantarkan individu  pada kesadaran bahwa kebenaran yang mutlak adalah kebenaran Tuhan sedangkan kebenaran ilmiah pada hakekatnya bersifat tentative. Semakin aktif dan semakin jauh para ilmuwan melakukan studi maka semakin terbuka untuk menemukan Tuhan. Karena itu beruntunglah para ilmuwan di bidang MIPA karena MIPA memiliki potensi dan peluang besar untuk hidup yang dilandasi agama sehingga secara moral kehidupannya tetap terjaga. Seminar bertema ”Peningkatan Keprofesionalan Peneliti, Pendidik dan Praktisi MIPA untuk Mendukung Pembangunan Karakter Bangsa” ini diselenggarakan dalam rangka mengembangkan ilmu matematika dan IPA dari sisi materi penelitian, teknologi pembelajaran, dan pembentukan karakter yang mencerminkan sifat ilmu ke-MIPA-an itu sendiri pada masa yang akan datang sekaligus bertepatan dengan agenda Dies Natalis ke-46 Universitas Negeri Yogyakarta dan diikuti oleh lebih dari 250 guru, dosen, peneliti serta mahasiswa dari berbagai institusi dan universitas di Indonesia.
Pembicara lain pada seminar nasional ini adalah Dr. Mohammad Ali Joko Wasono dari jurusan fisika FMIPA UGM yang mengemukakan tentang sains dan pengembangan karakter bangsa. Dikatakan Mohammad bahwa seseorang yang belajar mendalami sains dan melakukan penelitian akan terdidik untuk mendapatkan karakter dasar seorang peneliti berupa teliti, jujur, punya integritas, visioner, terbuka dan obyektif terhadap kebenaran, kooperatif terhadap orang lain dan berjiwa pembelajar. Kenyataan yang terjadi adalah adanya kecenderungan masuknya budaya diluar masyarakat sains seperti ketidakjujuran, plagiarisme atau kurangnya integritas meneliti demi kepentingan sesaat. Oleh karena itu perlu adanya program pembangunan karakter yang terdiri dari tujuh budi utama meliputi kejujuran, tanggungjawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil dan peduli.