TERAMPIL BERHITUNG BELUM TENTU TERAMPIL BERMATEMATIKA

Dalam pembelajaran, siswa di sekolah dan perguruan tinggi terampil berhitung tapi belum tentu trampil bermatematika. Hal tersebut karena matematika melibatkan kemampuan menganalogi, kemampuan menginterpretasikan, menyimpulkan, menggeneralisasi.
Demikian dikatakan Dr. Ali Mahmudi, Koordinator Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNY ketika menerima kunjungan mahasiswa dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten di FMIPA, kemarin.
Lebih lanjut dikatakan, untuk apa kita membelajarkan matematika kepada anak apakah supaya mereka menguasai sebanyak mungkin matematika, apakah agar mereka menjadi ahli matematika, sebenarnya tidak.
“Marilah kita berfikir, kita sedang menyiapkan mahasiswa untuk memasuki zaman yang berbeda dengan zaman kita. Bekerja dengan jenis pekerjaan yang saat ini mungkin belum ada. Menggunakan teknologi yang saat ini belum diciptakan,” kata Ali.
Ali mencontohkan jenis pekerjaan baru yang sebelumnya belum ada yaitu Sales Sapi di Depok Jawa Barat. Penjualan sapi  Jadi meningkat dua kali lipat setelah memakai sales. Itu adalah ilustrasi buat para pendidik untuk menyiapkan anak-anak untuk menjalani pekerjaan yang sekarang tidak ada.
Fokus pembelajaran dimanapun bukan semata-mata bukan menghafalkan sebanyak-banyaknya karena mungkin nanti tidak digunakan. Tapi fokusnya mengembangkan kemampuan berfikir.
Materi boleh dilupakan dalam batas tertentu, tapi cara berfikir hendaknya tetap melekat dalam dirinya seperti kemampuan menyimpulkan, kemampuan menggeneralisasi, dll. Selama kemampuan berfikirnya maka ia siap mempelajari ilmu lain.
Lulusan matematika yang bekerja di Bank, industry, lebih menggunakan kemampuan berfikir daripada kemampuan materi matematika. Mahasiswa matematika siap bekerja dimanapun asal mereka punya kemampuan berfikir yang baik. (witono)