Mahasiswa FMIPA UNY Buat Inovasi Kerudung Aksara Jawa

Mahasiswa FMIPA UNY berhasil membuat inovasi  yaiyu kerudung Aksara Jawa. Dalam penelitiannya yang berjudul  Upaya Melestarikan Aksara Jawa Melalui Rintisan  Usaha Inovatif Kerak (Kerudung Aksara) Jogja. Tim terdiri atas Dianing Meijayanti, Gamarina Isti Ratnasari, Rila Reva Yanti.
Dianing menjelaskan, besarnya jumlah pemeluk Islam di Indonesia berpengaruh pada kultur masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan muslimah yang semakin banyak memakai kerudung. Selain sebagai alat untuk menutupi aurat rambut, penggunaan kerudung juga digunakan sebagai fashion dan media sosial. Bertambahnya penduduk muslim di dunia membuat jenis dan motif kerudung semakin beragam.
“Berbeda dengan perkembangan penggunaan kerudung yang semakin meningkat, penggunaan aksara jawa mulai tergerus oleh modernisasi zaman. Masyarakat Indonesia khususnya anak muda saat ini lebih memilih mempelajari aksara luar negeri seperti Jepang dan Korea yang menurut mereka jauh lebih modern. Gejala pudarnya kemampuan dalam berbahasa Jawa ini terjadi di semua tingkat pendidikan dan sekolah, mulai dari SD, SMP, hingga SMA” lanjutnya.
Dikatakan, pihak pemerintah juga telah menggencarkan agar aksara Jawa agar tetap lestari seperti menjadikan bahasa jawa sebagai pelajaran muatan lokal di beberapa daerah, menyelenggarakan lomba aksara jawa, dan sebagainya tetapi perkembangan penggunaan aksara Jawa masih rendah, terbukti masih banyak siswa yang buta aksara jawa.
Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan suatu inovasi untuk melestarikan aksara Jawa yaitu dengan merintis usaha Kerudung Aksara (Kerak) Jogja. Kerak Jogja merupakan inovasi kerudung bermotif aksara Jawa dengan jenis kerudung modern dan sebagai alat untuk melestarikan aksara Jawa.
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa Kerak Jogja dapat diproduksi dengan disablon, dibordir, dan di painting, tetapi dalam pelaksanaannya peneliti memilih teknik sablon dan painting. Kita tahu bahwa saat ini pelajaran Aksara Jawa dipelajari siswa sekolah di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya, namun untuk siswa di luar Jawa kebanyakan belum mempelajarinya. Kerudung Akasara Jogja ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi masyarakat yang belum mengerti tentang Aksara Jawa.
“Pada kegiatan wawancara yang dilakukan ke masyarakat yang berada di sekitar UNY, mereka menyatakan bahwa kerudung aksara Jogja ini inovatif dan membuatnya dapat mempelajari aksara Jawa secara otodidak dengan kebiasaan menggunakan kerudung aksara Jogja,” tambahnya. (witono)