ABON BEKICOT CEGAH OSTEOPOROSIS

Indonesia yang beriklim tropis mempunyai keanekaragaman flora fauna dan sekaligus merupakan surga bagi spesies invertebrata dimana salah satu jenis invertebrata yang cukup dikenal masyarakat adalah bekicot (Achatina Fulica). Bekicot dianggap binatang yang kotor, menjijikkan dan tidak layak untuk di konsumsi bahkan kehadirannya sering dianggap musuh bagi petani karena bekicot merupakan hama yang dapat merusak tanaman, terutama pada tanaman jenis sayur-sayuran seperti mentimun, wortel, daun kol, sawi dan sebagainya. Selama ini belum ada yang menangani secara khusus untuk menjadikan bekicot mempunyai nilai daya guna tinggi, hanya ada sebagian kecil masyarakat yang memanfaatkannya yaitu diolah menjadi sate atau kripik. Sekelompok mahasiswa FMIPA UNY yaitu Arif Hidayat dan Friyatmoko Wahyu Kusumo dari jurusan pendidikan Kimia, Fajar Hidayat dari jurusan pendidikan Fisika, serta Mohammad Baihaqi dari jurusan pendidikan Matematika membuat inovasi dalam bidang pengolahan bekicot dengan menjadikannya abon yang bergizi tinggi, karena selain menghasilkan produk olahan daging yang bernilai ekonomis tinggi daging bekicot yang diolah menjadi abon bisa menjadikan produk tersebut lebih awet dan tidak menyebabkan kerusakan protein yang terkandung di dalamnya.
Arif Hidayat mengungkapkan bahwa daging bekicot tidak bisa begitu saja dikonsumsi karena mengandung lendir yang bersifat racun. “Toksik daging bekicot ini dapat dinetralkan dengan pemasakan atau penambahan asam sekaligus menghilangkan bau khas daging bekicot yang tajam, antara lain dengan cara digarami, dikopyok dalam larutan kapur sirih atau diremas-remas dengan abu setelah bekicot dilaparkan selama dua hari” katanya. “Yang paling menonjol dalam daging bekicot adalah kandungan vitamin B kompleks yang berguna untuk metabolisme asam amino, karbohidrat dan asam lemak yang aktif dalam enzim asetilase serta berperan dalam pembentukan sel darah merah. Dalam mengkonsumsi daging bekicot disarankan mengkonsumsi pula sayur-sayuran dan buah segar agar dapat meningkatkan penyerapan kalsium mengingat kandungan mineral kalsium dan fosfor dalam daging bekicot sangat tinggi”. Friyatmoko Wahyu Kusumo menambahkan bahwa setiap 100 gram daging bekicot mentah mengandung protein 57.08 gram, 3.34 gram lemak, 2.05 gram serat besar, 1.58 gram kalsium, dan 1.48 gram fosfor. Bekicot juga mengandung asam amino lebih tinggi dibandingkan telur terutama asam amino pembatas seperti Isoleusin(Ile), Leusin(Le), Lisin(Lis), Metionin(Met), Sistin(Sis), Treonin(Tr), Triptofan(Trp), dan Valin(Val). “Abon bekicot juga dapat mencegah terjadinya osteoporosis karena kandungan kalsium yang tinggi pada daging bekicot sangat bagus untuk kepadatan tulang.” lanjutnya.
    Adapun cara membuat abon bekicot seperti dijelaskan Mohammad Baihaqi yaitu daging bekicot dicuci bersih kemudian direbus hingga matang, lalu ditiriskan dan dipotong kecil-kecil. Sementara itu bumbu halus ditumis, masukkan santan dan daging bekicot lalu masak hingga kering dan diangkat. Daging bekicot ini lalu digoreng hingga kecoklatan, diangkat dan didinginkan kemudian diperas dengan kain saring hingga minyaknya keluar dan uraikan, dengan demikian abon bekicot siap dikemas. “Bumbu halus yang digunakan adalah bawang merah, bawang putih, kunyit, serai, daun jeruk, kemiri, daun salam, tumbar, gula merah, cabai rawit dan curry powder” kata Baihaqi, “Dan alat yang digunakan adalah pisau, telenan untuk memotong daging, penggiling bumbu, wajan, peniris dan kain saring untuk memeras”