"MATH TRICK", ALAT PERAGA DARI TUTUP BOTOL BEKAS

Matematika merupakan salah satu ilmu yang wajib dipelajari karena matematika dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lain. Sedemikian pentingnya matematika namun ironisnya matematika merupakan mata pelajaran yang kurang disukai di kalangan pelajar. Hal ini mengakibatkan minat dan penguasaan matematika di kalangan pelajar sangat rendah. Salah satu inovasi dan caranya adalah penggunaan alat peraga. Banyak bab dalam mata pelajaran matematika yang membutuhkan alat bantu peraga untuk memvisualisasikannya kepada siswa khususnya siswa Sekolah Dasar agar siswa tak lagi berkhayal tetapi benda yang dibicarakan oleh pengajar menjadi benar-benar nyata baginya. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi objeknya siswa dapat mengembangkan dan mencari pengalaman dan inovasi lain dalam kehidupan sehari-harinya yang berkaitan dengan penanaman konsep materi ajar. Dari sini sekelompok mahasiswa jurusan pendidikan matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta yaitu Eka Sulistyawati, Absari Nur Khasanah dan  Margaretha Madha Melissa membuat alat peraga sederhana untuk mengajarkan materi matematika yaitu Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) menggunakan tutup botol bekas. Menurut Eka Sulistyawati, dunia anak identik dengan dunia bermain yang menarik sehingga hendaknya dimanfaatkan pula sebagai cara efektif dalam penyampaian materi termasuk materi bilangan yang telah diperkenalkan sejak sekolah dasar, seperti KPK dan FPB. Kreatifitas ini berhasil memperoleh dana dari DIKTI sebagai Program Kreatifitas Mahasiswa Teknologi 2011.

“KPK adalah bilangan asli terkecil yang merupakan kelipatan yang sama dari dua bilangan atau lebih” jelas Absari Nur Khasanah. “Selain itu KPK juga merupakan hasil kali semua faktor bilangan prima dengan pangkat terbesar, sedangkan FPB merupakan nilai faktor bilangan terbesar yang sama dari 2 bilangan atau lebih yang juga merupakan hasil kali semua bilangan faktor prima yang sama, dengan pangkat terkecil.” lanjutnya. Cara membuatnya disampaikan Margaretha Madha Melissa, yaitu tutup botol diamplas agar dapat digunakan sebagai saklar yang nantinya berfungsi untuk membuat lampu menyala apabila tutup botol telah mencapai ketinggian 10 cm, 20 cm, dan 30 cm. Kemudian lubangi tutup botol dengan bor listrik dengan besar lubang disesuaikan dengan diameter pipa alumunium dan selongsong pulpen. Gunting lempengan seng, kemudian di las hingga membentu balok tanpa sisi depan dan belakang. Rekatkan balok kayu pada bagian dalam sebelah atas balok dengan menggunakan sekrup kemudian 3 tiang yang terdiri dari 5 cm pipa alumunium tersebut dirangkai, lalu 5 cm selongsong pulpen, kemudian pipa alumunium lagi sampai tinggi tiang 35 cm. “Disini pipa alumunium berfungsi sebagai konduktor, sedangkan selongsong pulpen sebagai isolatornya.” kata Margaretha. “Untuk menggunakannya rangkailah sumber arus berupa baterai dengan 4 kabel, kabel pertama dihubungkan ke tiang, yang kedua dihubungkan ke lampu 1, yang ketiga dihubungkan ke lampu 2, yang keempat dihubungkan ke lampu 3. Ketiga lampu disusun paralel. Kemudian lampu tersebut dihubungkan ke resistor sehingga nyala lampu bisa berganti warna dan lebih terang. Gabungkan rangkaian listrik tersebut dengan rangkaian tiang. Untuk menggunakan alat ini, tutup botol disusun pada tiang, sehingga setelah mencapai tinggi 10 cm, maka lampu akan menyala.” tutup Margaretha.