Puntung Rokok Untuk Insektisida Nabati

Puntung rokok, adalah bagian sisa dari rokok yang tidak ikut terbakar saat orang sedang merokok. Setelah merokok biasanya punting hanya dibuang oleh orang yang merokok.  Tapi, ternyata puntung rokok tadi bisa dimanfaatkan sebagai Insektisida Nabati.
Adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY yang membuat penelitiantentang Komparasi Efektifitas Puntung Rokok dan Ekstrak Daun Pepaya sebagai Bahan Alami Insektisida Nabati. Mereka adalah Martha Lina, Nrangwesthi Widyaningrum, Addinunnisa Auliya Ipaulle, Maria Olivia Ero B, serta Martiyah.
Dijelaskan Martha, prosedur penelitian ini yaitu menyiapkan tanaman kol/ kubis, menyiapkan hama Plutella xylostella, kemudian membuat ekstrak daun pepaya dan puntung rokok sebagai insektisida nabati. Setelah itu melakukan penyemprotan insektisisda nabati putung rokok dan ekstrak daun papaya, dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Perlakuan dilakukan selama kurang lebih 1,5 bulan. Sebelum dan sesudah perlakuan perlu melakukan pengamatan terhadap intensitas serangan hama Plutella xylostella dan mortalitas hama Plutella xylostella
Dari penelitian ini, lanjut Martha,  dapat diketahui bahwa ekstrak puntung rokok mengakibatkan 100% tingkat mortilitas hama yaitu sebanyak 21 ekor hama Plutella xylostella dalam kurun waktu 3 hari, sedangkan ekstrak daun papaya mengakibatkan 65% tingkat mortolitas hama yaitu sebanyak 14 ekor hama Plutella xylostella dalam kurun waktu 5 hari. Siklus hidup hama Plutella xylostella dari fase larva hingga fase dewasa adalah 6 hari, sehingga hama yang masih hidup pada ekstrak putung rokok berubah menjadi ngengat.
“Jika dilihat dari bunga kol yang digunakan dalam penelitian, dalam penelitian hari ke tujuh, bunga kol dipadukan dengan ekstrak putung rokok mengalami perubahan morfologi yang signifikan. Penampakan yang dapat diamati adalah bunga kol , mengalamai pembusukan sehingga bunga kol meleleh, berwarna coklat dan berbau busuk. Sedangakn bunga kol yang dipadukan dengan ekstrak daun papaya, juga mengalami pembusukan tetapi morfologinya masih dapat terlihat,” terangnya.
Hal ini disebabkan karena adanya senyawa alkoida dari daun tembakau yaitu nikotin di dalam putung rokok yang terikat dengan asam malat dan asam sitrat. Senyawa-senyawa lain yang terkandung dalam tembakau adalah Amin, Pirol, Pidirin, serta alkaloida Nornikotin dan anabasin. Sifat lain yang dimiliki oleh nikotin dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan insektisida. Kebutuhan insektisida dalam bidang pertanian mendorong untuk mencari bahan dasar pembuatan insektisida termasuk senyawa nikotin.
Kandungan nikotin dalam tembakau dapat mencapai 0,3% sampai dengan 5% bobot kering yang berasal dari biosintetis di akar dan diakumulasikan di daun. Pada penelitian sebelumnya dilakukan ekstraksi nikotin pada limbah tangkai daun Nikotin yang menjadi racun syaraf yang potensial dan digunakan sebagai bahan baku insektisida, contoh serangga yang dapat diatasi menggunakan insektisida  nikotin adalah Afid.
Sedangkan kandungan senyawa daun pepaya yaitu alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol dan saponin sehingga efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Jika kita bandingkan senyawa-senyawa yang ada dalam putung rokok dan daun papaya sendiri, lebih banyak kandungan yang ada dalam putung rokok  daripada kandungan yang ada di daun pepaya, sehingga hal ini dapat menyebabkan tingkat mortalitas yang signifikan diantara keduanya.
“Jadi, terdapat perbedaan antara efektifitas punting rokok dan papaya yang dapat dilihat dari kecepatan mortalitas Plutella xylostella. Dan ternyata punting rokok lebih efektif daripada daun papaya sebagai insektisida nabati,” jelas Dia. (Witono)