Mahasiswa Teliti Pengaruh Terong Ungu Terhadap Spermatogenesis pada Tikus Putih

Maraknya produk-produk obat penambah vitalitas pada pria yang terbuat dari bahan-bahan kimia yang dijual bebas di pasaran akhir-akhir ini ternyata selain memberikan kepuasan bagi pemakainya, ternyata juga memberikan efek samping yang berbahaya bagi pemakainya. Hal tersebut dikarenakan dalam obat-obat penambah vitalitas tersebut mengandung bahan-bahan kimia yang mana sebagian besar dari obat-obatan tersebut belum teruji keamanannya secara klinis dalam tubuh manusia. Selain itu takaran dosis yang diberikan belum tentu cocok dalam tubuh manusia. Sehingga apabila dikonsumsi secara terus-menerus atau dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai efek samping yang berbahaya bagi tubuh manusia.
Persoalannya belum ada bukti empiris dalam hal ini. Oleh karena itu mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY yaitu Rizka Budiasti, Nrangwesthi Widyaningrum, Ayu Sulung Ariati, Ria Nur Fitri, tertarik untuk meneliti mengenai“Pengaruh Ekstrak Terong Ungu (Solanum melongena) terhadap Spermatogenesis pada Tikus Putih”,  karena terong ungu tidak memiliki efek samping yang berbahaya bagi tubuh manusia apabila dikonsumsi. Sehingga, terong ungu cocok untuk dikonsumsi secara terus menerus dalam jangka panjang untuk meningkatkan vitalitas pada pria.
Diterangkan Rizka,  terong ungu diketahui memiliki kandungan-kandungan yang dapat meningkatkan gairah seksual atau libido (memiliki efek afrodisiak), seperti adanya kandungan antosianin, flavonoid, stigmasterol(semacam fitoestrogen), sehingga memiliki peluang untuk digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan libido dan kualitas sperma.
Selain itu, kandungan serat vitamin A, B, dan C serta mineral penting lainnya dapat membantu mencegah penyakit kanker, wasir, rematuik, batuk, dan kulit. Nilai gizi yang tinggi dan harga yang murah memungkinkan siapa saja dapat mengkonsumsi sayuran terong ungu.
Penelitian meliputi tahap persiapan diantaranya menyiapkan tikus putih sebagai hewan uji usia 2,5 bulan dengan berat 220gram, membuat ekstrak terong ungu menggunakan metode maserasi dengan pelarut Alcohol 70%,. Lalu melakukan pencekokan ekstrak terong ungu (Solanum melongena) secara oral sebanyak 1 ml pada masing-masing dosis, setiap haridengan dosis yang telah ditetapkan yaitu 0,16 mg/ml ; 0,32 mg/ml ; 0,64 mg/ml ; dan 0,00 mg/ml(kontrol), dll.
Setelah pembedahan tikus putih,  lanjut Rizka,  dilanjutkan dengan mengamati motilitas, ada atau tidaknya abnormalitas, dan menghitung jumlah sperma tikus putih, dilanjutkan efisiensi Proses Spermatogenesis pada Tubulus Semineferus Tikus Putih.
“Berdasarkan hasil pengamatan mengenai ada atau tidaknya abnormalitas spermatozoa pada tikus putih, diperoleh data bahwasannya pada seluruh perlakuan tidak ditemukan adanya abnormalitas spermatozoa,” tambahnya.
Variansi jumlah sperma pada tikus putih dapat dipengaruhi oleh konsentrasi dari terong ungu sebesar 68,7%, sisanya (31,3%) berasal dari variabel lain. Variabel jenis perlakuan berpengaruh positif terhadap jumlah sperma tikus putih jika jenis perlakuan dikendalikan/ dikontrol. Artinya semakin tinggi nilai konsentrasi terong ungu maka sperma yang dihasilkan oleh tikus putih semakin banyak. (witono)