SEMINAR INTERNASIONAL FMIPA UNY

Ubiquitous technology adalah merupakan penggabungan antara ruang publik dan elektronik melalui sebuah komunikasi dan kapabilitas komputerisasi dalam banyak obyek. Dalam hal
ini pekerja yang termasuk dalam kategori knowledge workers akan berkembang menjadi ubiquitous workers dan akan berupaya mengembangkan pekerjaan mereka menggunakan u-work systems. Dalam aplikasinya pada dunia pendidikan ubiquitous technology merupakan gabungan antara sistim pembelajaran e-learning dengan mobile learning sehingga siswa dapat belajar dimana saja dan setiap saat menggunakan perangkat seluler yang dimiliki. Dengan adanya ubiquitous technology sebagai sebuah teknologi informasi yang baru akan mengubah pola kerja, tempat dan kekuatan dalam sebuah pekerjaan, serta sistim pembelajaran akan bergeser dari model e-learning atau mobile learning menjadi ubiquitous learning dengan menggunakan perangkat mobile seperti ponsel dan jaringan sensor nirkabel. Demikian dikatakan Chairman of the Korea Multimedia Society Dr. Man Gon Park dari PuKyong National University, Republik Korea dalam seminar internasional “Mathematics and Science Technology Innovation” di ruang seminar FMIPA UNY pada Sabtu, 12 Desember 2009. Seminar dengan tema “Development of Teaching Learning Process by Information
Technology System” dibuka oleh Rektor UNY Dr. Rochmat Wahab, MA dan diselenggarakan dalam rangka memberikan dan mengembangkan proses belajar mengajar menggunakan teknologi informasi serta menyiapkan guru matematika dan sains yang berkemampuan mengajar kelas internasional, serta diikuti oleh lebih dari 200 orang mahasiswa, guru, dosen, dan pemerhati pendidikan. Pemakalah Dr. Anna Permanasari dari Universitas Pendidikan Indonesia Bandung mengungkapkan tentang menjadi guru Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang efektif, dimana guru tidak hanya mengajar namun juga membuat siswa belajar tentang suatu hal yang diajarkan. Selain itu juga harus dapat membuat kelas lebih atraktif dan membuat siswa merasakan bahwa bahan yang diajarkan dekat dengan keseharian mereka. Untuk itu guru haruslah selalu fokus pada siswa, mempunyai selera humor namun bukan pelawak dan menjauhi “terlalu banyak menerangkan dan menggunakan kapur”. Sedangkan Herman Dwi Surjono, Ph.D dari Universitas Negeri Yogyakarta menyampaikan tentang blended-learning yang mengkombinasikan antara bahan ajar berbasis teknologi dengan pembelajaran tatap muka secara bersamaan untuk mengirimkan sebuah perintah atau merupakan
gabungan antara perencanaan dan pembelajaran pedagogis yang berharga pada sebuah pembelajaran tradisional menggunakan tatap muka dimana bagian sesi tatap muka digantikan dengan aktivitas secara online.