THEOPHILE NIYONSABA, LULUSAN FMIPA ASAL BURUNDI YANG INGIN LANJUT STUDI DI UNY

Theophile Niyonsaba, mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY yang berasal dari negara Burundi ini setelah lulus ingin melanjutkan kuliah di Program Pascasarjana UNY. Theo, sapaan akrabnya, adalah salah satu peserta yudisium periode April 2018 yang dilaksanakan Jumat, 27/4/18 di ruang sidang fakultas. Theo berhasil lulus dengan predikat cumlaude dengan IPK 3,58. Sedangkan untuk lulusan dengan IPK tertinggi yaitu Desi Dwi Ariyanti dari prodi Biologi dengan IPK 3,86.
Setelah acara yudisium Theo menjelaskan, awalnya Theo sudah bekerja, lalu mengikuti program kerjasama antara pemerintah (Burundi) dengan Indonesia dengan ikut seleksi kuliah di luar negeri.  Setelah lolos seleksi maka berangkat dan kuliah di Indonesia (UNY) dengan biaya pemerintah.
“Awal kuliah disini terasa sangat sulit bagi saya. Dari semester 1 sampai semester 3 nilai saya jelek karena tidak paham dan terkendala bahasa. Jadi saya berusaha keras untuk belajar dan mempelajari Bahasa Indonesia di UNY selama 6 bulan.  Baru pada semester 4 saya sudah lebih paham bahasa Indonesia, kebiasaan dosen, sehingga kuliah menjadi lebih lancar. Tapi kesulitannya adalah masih banyak teman-teman yang pada waktu bergaul menggunakan bahasa daerah (Jawa) sehingga saya sulit memahami”, ujar pria kelahiran Kirama-Makamba ini.
Lanjut Theo, untuk pembelajaran selain dengan bahasa Indonesia, ada beberapa dosen yang memakai bahasa Inggris sehingga  memudahkan saya dalam belajar. Dan saya merasa beruntung karena para dosen memperbolehkan menjawab ujian menggunakan bahasa Inggris.
Theo juga menceritakan pengalamannya dalam menjalani KKN di daerah Gunung Kidul Yogyakarta. Masyarakat disana menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi, sehingga hal tersebut membuatnya kesulitan. Beruntung teman-teman KKN membantu dalam berkomunikasi.
Setelah lulus  dan diwisuda, Theo berencana pulang ke negaranya. “Saya sudah bicara  dengan pemerintah dan mau kesini lagi untuk melanjutkan S2 di Program Pascasarjana UNY”, katanya.
“Kami sering mempromosikan untuk kuliah di UNY dinegara kami. Dulu, ada cerita untuk kuliah ke negara muslim agak susah karena ada aturan tertentu, tapi yang saya rasakan di sini (UNY) sangat berbeda sehingga saya merasa nyaman disini”, lanjut penyuka nasi goreng, dan tempe goreng ini. (witono)