Pengembangan STEAM dalam Pembelajaran IPA

“STEAM merupakan pengembangan dan pembaruan yang akan membawa STEM pada tingkat berikutnya. Dalam hal ini pembelajar dapat menghubungkan pengetahuan dengan bidang seni (art) dan juga desain. Keterampilan yang dikembangkan dalam STEAM dapat berupa kreativitas dan inovasi, berpikir memecahkan masalah secara kritis, komunikasi dan kolaborasi, serta dengan kegiatan literasi, seperti melalui media, teknologi, dan  informasi. Integrasi STEAM pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan kebermaknaan ilmu sains sehingga mudah diterima. Selain itu, Integrasi STEAM juga dapat menumbuhkan soft skills peserta didik untuk melatih kemampuan seperti berpikir tingkat tinggi, bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan empati.” Demikian penjelasan Prof. Dr. Sudarmin, M.Si, Kaprodi S2 Pendidikan Kimia, Universitas Negeri Semarang saat melakukan presentasi pada seminar nasional Pendidikan IPA, Sabtu, (24/10/20).
Seminar nasional yang diikuti oleh berbagai akademisi, mulai dari mahasiswa, guru, hingga dosen ini merupakan seminar nasional ke-12 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa IPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta. Seminar ini mengangkat tema ‘Integrasi STEAM Melalui Pendidikan IPA menuju SDGs 2030’. Seminar juga menghadirkan narasumber Sabar Nurohman, M.Pd.,Si, dosen Jurusan Pendidikan IPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sabar menerangkan, memasukkan art ke dalam STEM dapat melatih siswa untuk berkreativitas dalam memecahkan masalah nyata. Komponen STEAM terdiri dari (1) science, yakni segala sesuatu yang berasal dari alam, (2) technology, merupakan segala sesuatu yang dibuat oleh manusia, (3) engineering, yakni mesin yang digunakan untuk mengembangkan sebuah desain, (4) art, berkomunikasi dengan sebuah tradisi, dan (5) mathematic, berkaitan dengan konsep-konsep dalam matematika. Model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pengembangan STEAM antara lain, case based learning, project based learning, problem based learning dan inquiry based learning. 
“Di dalam lingkungan masyarakat terdapat banyak ide dan kreativitas untuk mengembangkan STEAM dengan menggunakan berbagai model pembelajaran. Guru dan peserta didik dapat bekerja sama untuk menumbuhkan kompetensi dalam menciptakan sebuah STEAM di abad 21. Peserta didik harus lebih aktif berperan serta dalam pembelajaran, begitu juga dengan guru yang harus menguasai pengetahuan dan keterampilan yang nantinya akan diberikan kepada peserta didik,” lanjut Sabar. (dian/nurul/witono)