Mahasiswa UNY Manfaatkan Limbah Sisik Ikan Sebagai Diversifikasi Adsorben Ion Logam Kromium

Banyaknya konsumsi ikan di masyarakat menghasilkan limbah sisik ikan yang cukup melimpah. Keberadaan limbah sisik ikan ini masih belum dimanfaatkan secara optimal sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan, padahal sisik ikan mengandung zat kitin dan kitosan yang dapat dijadikan sebagai adsorben ion logam-logam berat seperti Cu,Cr, Cd dan Hg.
Disisi lain, di era modern ini perkembangan industri sangat pesat, terutama industri pelapisan logam (electroplating). Industri electroplating ini banyak menghasilkan limbah berupa ion logam berat salah satunya ion logam Cr. Ion logam Cr dapat mencemari lingkungan dan jika terakumulasi di dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.
Berdasarkan fakta tersebut, mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY memanfaatkan limbah sisik ikan untuk adsorben ion logam Cr. Tim terdiri dari Nuke Ajeng Prabawati, Setiawati, Dini Permatasari, dan Chanel Trihandoko.
Nuke menjelaskan, kitin dan kitosan merupakan adsorben yang dapat menyerap logam berat. Kitin dan kitosan dapat ditemukan pada limbah pengolahan hasil laut seperti cangkang udang, kepiting, dan sisik ikan.
“Rencananya kami akan menggunakan sisik ikan bandeng, tapi karena kesulitan dalam mencari sisik ikan bandeng dikarenakan sisiknya yang lembut dan kecil-kecil, maka kami menggantinya dengan sisik ikan kakap karena sisik ikan kakap lebih besar dan lebih mudah dicari daripada sisik ikan bandeng,” lanjutnya..
 Kata Dia, hasil Penelitian memperlihatkan bahwa adsorben dari sisik ikan memiliki daya serap optimum terhadap ion logam Cr(VI) pada pH 3 dengan daya adsorbsi sebesar 55% dan pada konsentrasi adsorbat 25 ppm dengan daya adsorbsi sebesar 34,87%. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat dipakai untuk menyerap ion logam Cr(VI) untuk mengolah limbah cair industri.
“Mekanisme adsorbsi oleh arang aktif adalah penjeraban molekul ion logam dalam pori-pori dari arang aktif sehingga dapat terpisah dari cairannya. Sehingga jika pori-pori adsorben ini belum terbuka secara sempurna, daya adsorbsinya juga akan berkurang. Pada penerapan di lapangan hal ini dapat diatasi dengan melakukan adsorbsi berulang hingga kadar Cr(VI) dalam limbah cair tidak melebihi ambang batas yang diijinkan,” tambahnya. (witono)