Identifikasi Kapang Dan Deteksi Aflatoksin B1 Terhadap Terasi Udang Komersial

Mahasiswa Prodi Biologi FMIPA UNY yang tergabung dalam PKM Penelitian yaitu Dita Kristanti, Pipiet Lutfita P., Kandy Nurjannati  melakukan Identifikasi Kapang dan Deteksi Aflatoksin B1 terhadap Terasi Udang Komersial.
Dita, ketua tim mengatakan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi genus kapang yang terdapat pada terasi udang komersial dan mendeteksi kandungan aflatoksin B1  yang terdapat pada terasi udang komersial.
Terasi merupakan salah satu bumbu masakan tradisional Indonesia yang sering digunakan oleh masyarakat. Terasi adalah bahan tambahan makanan yang sering digunakan untuk membuat sambal, bumbu lotek, bumbu rujak, dan lain-lain. Menjamurnya warung penyetan yang khas dengan sambal sebagai pelengkap makan di Yogyakarta menyebabkan konsumsi terasi meningkat. Satu warung penyetan bisa menghabiskan satu hingga dua bungkus terasi setiap harinya.
Dijelaskan, terasi mengandung protein yang berasal dari udang (rebon). Protein tersebut berpotensi untuk mengundang datangnya mikroba, tidak terkecuali kapang. Protein digunakan sebagai salah satu sumber nutrisi bagi pertumbuhan kapang. Beberapa jenis kapang yang dapat diidentifikasi pada sampel olahan ikan semi basah seperti terasi antara lain adalah Aspergillus spp., Mucor spp., dan Rhizopus spp. Dari ketiga kapang tersebut yang sangat berpotensi memproduksi aflatoksin adalah Aspergillus spp. Aflatoksin merupakan nama sekelompok senyawa yang termasuk mikotoksin, bersifat sangat toksik. Aflatoksin B1 merupakan salah satu senyawa yang mampu menjadi penyebab terjadinya kanker pada manusia.
Dijelaskan, dalam penelitian ini dilakukan isolasi dan karakterisasi kapang pada sampel terasi udang komersial terutama kapang yang menghasilkan aflatoksin. Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan deteksi keberadaan aflatoksin. Adanya penelitian ini diharapkan dapat dilakukan pencegahan atau kontrol pengolahan dan penyimpanan terasi komersial sehingga tercipta keamanan pangan.
Hasil isolasi dan identifikasi dari ketiga sampel terasi udang komersial yang dibeli dari salah satu pasar tradisional di Yogyakarta teridentifikasi delapan isolat kapang genus Aspergillus. Uji kandungan aflatoksin menunjukkan bahwa tidak terdeteksi kandungan aflatoksin B1 pada ketiga sampel terasi udang komersial tersebut.
“Upaya pencegahan kontaminasi kapang dan aflatoksin dapat dilakukan antara lain melalui proses pengolahan dan pengemasan terasi udang komersial yang dilakukan dengan memperhatikan sterilitas lingkungan tempat produksi, penyimpan terasi udang komersial tidak dilakukan pada suhu kamar dalam kondisi sudah terbuka dan terlalu lama,” lanjut Dita. (witono)