Ekstrak daun the-tehan untuk obat luka penderita Hemofilia

Mahasiswa FMIPA UNY yaitu Dian Saputra, Dani Rahmawati Hakim (Pendidikan Biologi), dan Anisa Putri Anggiani (Pendidikan Kimia) dengan dosen pendamping Prof. Dr. Nurfina Aznam membuat Sediaan Obat Luka Penderita Hemofilia Menggunakan Ekstrak Teh-tehan dan Nanopartikel Perak (Ag NPs). Hemofilia merupakan penyakit turunan berupa kelainan perdarahan karena kekurangan faktor pembekuan darah yang membuat darah sulit membeku. 
Dian Saputra menerangkan,     Salah satu antibakteri yang dapat bekerja dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah nanopartikel perak yang ditambahkan dengan ekstrak daun teh-tehan (Acalypha siamensis).
Dian mengungkapkan bahwa dari penelitian ahli, tanaman teh-tehan dapat digunakan sebagai penyembuh luka karena memiliki kandungan antibakterial yang terletak pada senyawa kimia berupa 2-pyridinepropanoic,  1,2,3-Benzenetriol,  9-Octadecenal di dalam ekstrak daun teh-tehan. Senyawa ini menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus aureus. Jadi, dengan adanya perpaduan antara nanopartikel perak dengan ekstrak daun teh-tehan diharapkan dapat mempercepat terjadinya pembekuan darah dan tetap memperhatikan antibakterinya.
“Pembuatan ekstrak daun teh-tehan dilakukan dengan memetik daun teh-tehan, kemudian dicuci, dikeringkan dalam oven dan digiling sehingga menghasilkan serbuk daun teh-tehan. Kemudian melakukan maserasi dengan melarutkan serbuk tersebut dalam etanol selama 24 jam. Selanjutnya maserat dievaporasi selama 3 jam, lalu selanjutnya adalah mensintesis nanopartikel perak,” katanya.
Langkah selanjutnya adalah pembuatan formulasi sediaan obat. Pembuatan formulasi sediaan obat dilakukan dengan mencampurkan ekstrak teh-tehan dengan penambahan nanopartikel perak yang bervariasi. Selanjutnya larutan di gojok menggunakan vortexer selama kurang lebih 30 detik. Selanjutnya larutan disimpan dalan vial.
Setelah sampel terbentuk, sampel diuji menggunakan 4 instrument, yakni tahap awal menggunakan UV-Vis dengan fase suspensi cair, selanjutnya pengujian FTIR dan TEM. Hewan uji yang sudah dijadikan model hemofilia dilukai (disayat) sepanjang 5 cm x 0,1 cm dan luka di diamkan selama 3 menit. Selanjutnya luka diolesi dengan obat yang sudah dibuat. Luka dioles 2 kali sehari dan diamati perubahan pada lukanya. Untuk kontrol digunakan tikus normal yang telah dilukai dengan panjang sayatan 5 cm x 0,1 cm
“Dari hasil sintesis larutan nanopartikel perak berwarna kuning kecoklatan yang menunjukan adanya jalur sinar ketika ditembak menggunakan laser merah UV, kemudian dilanjutkan dengan karakterisasi UV-Vis untuk mengetahui pola absorbansi pada panjang gelombang tertentu,” lanjutnya. 
Dian menambahkan, berdasarkan hasil spektra larutan nanopartikel perak dengan pelarut akuades menunjukan bahwa pada larutan nanopartikel perak diperoleh 2 puncak absorbansi, yaitu pada panjang gelombang 224,5 nm dan 437 nm. Berdasarkan literature yang telah diperoleh nanopartikel perak terbentuk pada kisaran panjang gelombang 400-450 nm. Hal tersebut menunjukan bahwa sintesis AgNP telah berhasil dilakukan.  (witono)