DALAM PEMBELAJARAN, ALAT PERAGA JANGAN MENJADI KETERGANTUNGAN SISWA

Dalam mengajarkan matematika kepada siswa dengan menggunakan alat peraga, jangan sampai alat peraga tersebut menjadi ketergantungan seperti halnya sempoa dan kalkulator.  SIlakan guru mengembangkan sendiri alat peraga, yang penting bisa dimanipulasi siswa dan siswa bisa mengerti. Jadi mengandalkan konsep terus menuju ke penggunaan prinsip.
Demikian disampaikan Murdanu, M.Pd., pengelola laboratorium Pendidikan Matematika FMIPA UNY ketika  memberikan pelatihan pembelajaran matematika kepada para guru dari Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing Magelang Senin (14/1) di kampus setempat. Pada kesempatan tersebut juga dilaksanakan MoU kerjasama pendidikan antara FMIPA UNY dengan MI Krincing. Hadir pada kesempatan tersebut Wakil Dekan I FMIPA, Dr. Suyanta, Kajurdik Matematika Dr Sugiman, dan Koordinator Prodi IPA Dr Dadan Rosana.
Lanjut Murdanu, bekerja di lab mempraktekkan teorema. Kami tidak bisa mengandalkan, karena teorema dalil-dalil di matematika tak terhitung banyaknyanya. Misalnya geomateri saja ada 333 yang bisa diajarkan di sekolah dari SD dampai SLTA, belum yang di perguruan tinggi. Ini tidak bisa divisualisasikan/wujudkan dengan alat peraga. Jadi jangan berprinsip dulu bahwa setiap materi yang diajarkan disekolah bisa dibuat alat peraganya.
“Misalnya kalkulus, tidak perlu alat peraga karena hanya grafis-grafis, lambang-lambang integral. Perlunya hanya media grafis  dan media kerja. Media kerja dikhususkan di sekolah dasar dan menengah. Misalnya pengenalan pengoperasian pecahan, bilangan bulat bisa dengan alat peraga. Jika siswa sudah mengerti maka sudah tidak perlu alat peraga lagi,” jelasnya.
Kami tidak mengandalkan peralatan elektrik. Peralatan elektrik hanya untuk peragaan saja bukan untuk menemukan. Jadi tidak perlu risau kalau mengajarkan matematika tanpa komputer. Software-software yang biasa untuk mengajarkan matematika ketika saya amati hanya berisi visualisasi, tidak bisa membuktikan misalnya dalil pytagoras. Saya mengajarkan memakai komputer hanya untuk gambar-gambar saja. Dengan gambar saja siswa justru lebih mengerti. (witono)