THE WATER FILLER SYSTEM, ALAT PENJERNIH DAN PENYARING KAPUR

Tidak setiap kecamatan di Kabupaten Gunungkidul memiliki persediaan sumber air yang sama, ada daerah yang tercukupi dengan air bersih sepanjang tahun dari sumber air sumur, mengandalkan PDAM atau penampungan air hujan. Daerah Ngunut, Playen, Gunungkidul  masih menggunakan air sumur untuk memenuhi kebutuhan harian. Pada waktu musim kemarau persediaan air di tempat ini menurun yang tampak dari bertambahnya kedalaman air sumur bila diamati dari atas. Keadaan ini sering menyebabkan kapur yang terangkat mesin pemompa air lebih banyak karena mata air terlalu dekat dengan batuan kapur di dasar sumur sehingga membuat air menjadi lebih banyak mengandung kapur dan nampak keruh. Ada rencana untuk membuat proyek pembangunan air bersih untuk masyarakat Gunungkidul dengan pembangunan sungai bawah tanah namun tentunya membutuhkan dana yang besar dan tidak setiap tempat di Gunungkidul memiliki potensi untuk pembangunan program eksploitasi sungai bawah tanah ini. Oleh karena itu perlu pemanfaatan teknologi khusus yang terjangkau untuk daerah-daerah seperti ini. Atas keprihatinan ini sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta membuat alat penyaring sekaligus penjernih air dari bahan-bahan alami  sehingga air yang dihasilkan dapat langsung minum oleh  penduduk daerah Playen, Gunungkidul. Mereka adalah Etik Trisnawati dan Tri Sulis Setyawati dari prodi pendidikan IPA Fakultas MIPA serta Teguh Budiono dari prodi pendidikan teknik mesin fakultas teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Etik Trisnawati menjelaskan bahwa zat kapur merupakan zat yang apabila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang berlebihan apalagi dalam jangka waktu lama akan menyebabkan gangguan kesehatan manusia. “Masuknya zat kapur kedalam tubuh bisa terjadi melalui banyak media, salah satunya adalah dari air minum yang mengandung kapur.” kata Etik, “Fenomena ini bisa ditemukan di daerah Ngunut, Playen, Gunungkidul yang mayoritas penduduknya mengkonsumsi air dari sumber mata air sumur yang banyak mengandung zat kapur.” Bahkan menurut gadis yang berasal dari Ngunut Lor, Playen, Gunungkidul ini kandungan zat kapur dalam air yang masih dalam standar kelayakan air minum  maksimal 500 mg/l. Pengkonsumsian air berkapur yang melebihi standar kelayakan air minum dalam jangka waktu lama akan menyebabkan penumpukan zat kapur di dalam tubuh. Kondisi ini bisa menyebabkan penyakit batu ginjal yang disebabkan adanya massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kencing dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kencing atau infeksi dengan gejala awal susah dan sakit saat buang air kecil, terasa ada yang menyumbat, air kencing berwarna merah darah, nyeri pinggang yang hebat bahkan sampai punggung. Salah satu fakta yang ditemukan di lapangan adalah penduduk sering mengeluh sakit nyeri pinggang, atau punggung. Tri Sulis Setyawati menambahkan bahwa penyaringan air ini menggunakan saringan kain katun, saringan pasir, saringan arang, saringan tanah liat, saringan biji kelor dan saringan mangan-zeolite (K2Z.MnO.Mn2O7). “Kami menyebut alat ini the water filler system” kata Sulis. “Kelebihannya adalah menggunakan bahan alami, mudah didapat dan digunakan serta air bisa langsung diminum dan tidak mengandung kapur”.
Cara kerja the water filler system diungkapkan Teguh Budiono sebagai berikut, air dari sumur diambil melalui pompa air dan masuk dalam penampung pertama yang berisi filter berupa batu kerikil kemudian air melewati penyaring kedua yaitu pasir beton lalu melewati penyaring ketiga yaitu biji kelor. Kemudian air masuk dalam penampungan kedua dengan angka kesadahan yang telah mengecil, melewati penyaring mangan zeloit dan penyaring pasir silika lalu masuk dalam penampungan ketiga dan air siap untuk dikonsumsi. “Penampungan air pertama mempunyai 3 tahap penyaringan untuk menghilangkan kesadahan air yaitu batu kerikil, pasir beton halus dan biji kelor dan untuk masing-masing penyaring berjarak 15cm” kata Teguh, “Pada saat air memasuki pada penampung air kedua tentunya sudah dalam kondisi yang cukup bersih dengan tingkat kesadahan yang rendah. Sedangkan untuk penyaringnya mempunyai 3 penyaring yaitu karbon aktif, mangan zeloit, dan pasir silika. Pada penampung air ketiga terdapat sebuah pemanas yang telah dihubungkan dengan arus listrik yang akan menghasilkan panas dan mendidihkan air sehingga kandungan kapur dalam air dapat terpisah dan dapat atau layak untuk dikonsumsi.” Karya ini membuahkan hasil dengan terpilih untuk didanai Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa 2011 bidang Teknologi.