Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Hal ini dibuktikan antara lain dengan data dari UNESCO tentang Indeks Pengembangan Manusia (IPM atau Human Development Index/HDI).  Data IPM dan ranking IPM Indonesia dalam 8 tahun yaitu tahun 2005 ranking 110, 2006 (108), 2007 (107), 2008 (107), 2009 (111), 2010 (108), 2011 (124), dan tahun 2012 (121).  Dibandingkan kurun waktu 1996-1999, ranking di atas tidak jauh lebih baik (tahun 1996 ranking ke-102, 1997 ranking ke-99, 1998 ranking ke-105 dan 1999 ranking ke-109).
Selain nilai IPM, masih rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia juga bisa dilihat dari data TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study). Tujuan dari TIMSS adalah untuk mengukur prestasi matematika dan sains pada siswa kelas VIII di negara-negara peserta, termasuk Indonesia. Bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah untuk mengetahui posisi prestasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi siswa di negara lain dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Hal tersebut dikemukakan oleh Prof. Akhmad Fauzy, M.Si., Ph.D., dari Jurusan Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Seminar dengan tema Penguatan Peran Matematika  dan Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik dilaksanakan Sabtu, 9/11 diruang sidang FMIPA dan dihadiri sekitar 350 peserta. Pembicara lain dalam seminar tersebut yaitu Sukirman, M.Pd., dari Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.
Lebih lanjut Akhmad Fauzy menjelaskan, dari data TIMSS, tahun 1999, 2003, 2007, 2011, Indonesia masih tertinggal jauh dari Negara tetangga Singapura, Malaysia, dan Thailand. Pada tahun 2011, Singapura menempati ranking 2, Malaysia 26, Thailand 28, sedangkan Indonesia 42. Dari latar belakang di atas maka sangatlah wajar kalau perlu dilakukan penguatan peran matematika dan pendidikan matematika untuk Indonesia yang lebih baik.
“Kendala yang dihadapi para matematikawan dalam mengaplikasikan matematika antara lain masih rendahnya kualitas terapan matematikanya dan penyampaiannya masih terbatas hanya di kalangan komunitas matematika saja. Pada saat yang bersamaan, perlu kiranya beberapa  isu  pembelajaran  matematika  di  sekolah  yang menghambat  potensi  matematika dalam ikut serta membangun Indonesia juga perlu dibenahi,” paparnya.
Beberapa pembenahan yang bisa kita lakukan antara lain: pembelajaran  perlu juga ditekankan  pada  pemahaman konsep,  pembelajaran  didorong untuk  mengembangkan  kemampuan  berpikir  kreatif,    Pembelajaran  tidak harus mengikuti  urutan  buku  teks. Selain itu, Komunikasi pembelajaran diusahakan berlangsung dua arah, pengaturan kelas sebaiknya jangan monoton dan pembelajaran di kelas diusahakan dinamis,  penguatan  perlu  diberikan  atau  guru sebaiknya  antusias  waktu  memberikannya.
“Cara menjelaskan pelajaran perlu variatif,  kerja  kelompok  dioptimalkan, diperbanyak guru  melakukan  praktik  refleksi  dalam  penelitian  tindakan kelas  (class action  research), penilaian tidak hanya berorientasi kepada tes UUB dan UN saja, dan pengajaran matematika dibuat menyenangkan dan dekat dengan konteks dunia nyata,” lanjutnya.
Sementara itu Sukirman pada paparannya mengatakan, hampir semua bidang kehidupan menggunakan jasa matematika, diantaranya: teknologi industri, perbankan, komputer, komunikasi, perdagangan, pertahanan keamanan, dsb.
“Ada banyak hal yang diperlukan dalam kehidupan/dunia kerja pada umumnya, antara lain kreativitas, kemandirian, rasa percaya diri, terampil berkomunikasi baik lisan maupun tertulis, kerjasama, kerja keras, semangat, motivasi, optimistic, dll,” jelas Sukirman.
Ditambahkan, supaya mahasiswa/siswa selain menguasai materi dengan baik juga memiliki sofskill, sangat bergantung pada keahlian dosen/guru dalam pemilihan materi ajar dan penyajian/pengemasannya, metode pembelajaran yang digunakan, media pembelajaran yang digunakan, dan ketauladanan. (witono)