Mahasiswa FMIPA UNY Teliti Struktur Komunitas Kupu-Kupu di Gunung Api Purba

Salah satu indikator untuk menentukan apakah hutan dan gunung tersebut tercemar atau tidaknya adalah dengan menggunakan bioindikator. Salah satunya menggunakan struktur komunitas kupu-kupu (lepidotera) sebagai indikator kerusakan hutan. Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang bersih dan sejuk dan tidak terpolusi oleh insektisida, asap, bau yang tidak sedap dan lain-lain.
Karena sifatnya yang demikian, maka kupu-kupu menjadi salah satu serangga yang dapat digunakan sebagai bioindikator terhadap perubahan ekologi. Makin tinggi keragaman spesies kupu-kupu di suatu tempat menandakan lingkungan tersebut masih baik.
Atas dasar hal tersebut, mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY yanga tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P) melakukan penelitian Struktur Komunitas Kupu-Kupu (Lepidoptera) Sebagai Indikator Kerusakan Hutan Di Kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunung Kidul, Yogyakarta. Tim terdiri atas Dian Rahmawati, Fanny Hadi Setyarini, Violita Bella Sandya, Aziz Purnomosidi, Benny Ari Kusuma.
Ketua tim, Dian Rahmawati, mengatakan, jenis penelitian ini adalah penelitian observasi dengan mengamati langsung kondisi abiotik dan biotik suatu kawasan dengan fokus penelitian adalah Lepidoptera dengan kajian permasalahan adalah struktur komunitas Lepidoptera di Kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunung Kidul.
“Adapun Komponen fisik habitat Lepidoptera yang diukur dan diamati adalah ketinggian tempat dengan menggunakan altimeter,iklim mikro (suhu udara harian dan kelembaban udara relatif) dengan menggunakan termometer, hygrometer, pH tanah dan kecepatan,” lanjutnya
Dijelaskan, untuk mengetahui komposisi jenis Lepidoptera menggunakan metode pengambilan sample yaitu dengan purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan mulai dari jam 9.00 sampai 15.00 WIB. Sampel kupu-kupu didapatkan dengan menggunakan jarring serangga (insect net).  
Kupu-kupu yang ditemukan dari pengamatan di Gunung Api Purba yaitu sebanyak 35 jenis (spesies) yang merupakan dari 3 famili yaitu: Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae.
Dari famili Papilionidae memiliki persentase sebanyak  23%, spesies yang ditemukan meliputi : Papilio memnon, Papilio polytes javanus,Graphium agamemnon, Pachiliopta aristolochiae, Troides helena helena, Troides helena spp, Troides sp.
Kemudian dari famili Pieridae memiliki persentase sebanyak 28% spesies yang kami temukan meliputi: Delias periboea, Delias pasitoe agialea , Delias hyparete, Eurema sp, Eurema sari-sari, Cepora iudith iudith, Pareronia valeria valeria, Leptosia nina, Catopsilia pomona, Hebomoia glaucippe.
Dari famili Nymphalidae memiliki persentase sebanyak  49% spesies yang ditemukan meliputi: Euploea mulciber,Euploea eunice, Euploea climena, Euploea tulliolus mazares, Euploea eleusina eleusina, Euploea midanus rafflesi, Neptis hylas matula, Junonia iphita horsfieldi, Junonia hedonia ida, Doleschallia bisaltide, Taenia limniace conjucta, Amathusia phidippus, Ideopsis juventa, Ideopsis vulgaris, Moduza procri, Athyma nefte, Mycalesis horsfieldi, Pantoporia hordonia pardus. (witono)