BRIKET LIMBAH JAMUR TIRAM

Jamur merupakan tanaman saprofit yang biasa hidup di tanaman-tanaman yang sudah lapuk. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian, manusia telah mampu membudidayakan jamur dengan medium-medium tertentu untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan karena nilai gizinya dan jamur dapat tumbuh pada sepanjang waktu seperti jamur tiram (Pleurotes sp.), jamur kuping (Auricularia polytricha), dan jamur merang (Volvariella volvacea). Jamur ini sudah tidak asing lagi di sebagian besar masyarakat Indonesia dan dimanfaatkan gizinya untuk membantu memenuhi kebutuhan tubuh. Perkembangan pengelolaan budidaya jamur di Indonesia dilakukan dengan memanfaatkan media alami dan media buatan. Budidaya jamur selain menghasilkan keuntungan yang besar ini juga tidak membutuhkan tempat yang luas, teknologi budidayanya mudah dipelajari dan risiko kegagalannya rendah. Di sisi lain, permintaan pasar terus meningkat karena semakin banyak saja masyarakat yang menyukai jamur. Dengan tingginya permintaan konsumen terhadap jamur tiram maka semakin banyak pula limbah media jamur tiram yang dihasilkan. Limbah media jamur tiram ini menarik perhatian sekelompok mahasiswa fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta yaitu Tursina Ratu dari prodi pendidikan fisika dan Nursina Sari dari prodi pendidikan IPA FMIPA UNY serta Briyan Sumartono dari prodi pendidikan mekatronika FT UNY yang menangkap peluang memanfaatkan limbah ini menjadi briket. “Kami melihat banyak sekali limbah media jamur tiram yang tidak dimanfaatkan” kata Tursina Ratu, “Potensi limbah gergaji media jamur tiram sebagai sumber energi alternatif sangat melimpah namun belum terolah karena kurangnya pengetahuan dan ketrampilan masyarakat. Berawal dari hal tersebut perlunya perlu adanya pelatihan pemanfaaatan limbah media jamur tiram tersebut yang kami adakan di kelompok agribisnis jamur desa Wijirejo Pandak Bantul.” Nursina Sari menambahkan bahwa mereka memilih desa Wijirejo Pandak Bantul karena sebagai desa yang bergerak di bidang budidaya jamur tiram pasti menghasilkan limbah berupa media jamur tiram yang tidak dipakai. “Limbah jamur tiram selama ini merupakan masalah yang dihadapi kelompok agribisnis karena menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan.” Kata Nursina Sari. “Selama ini media tanam yang merupakan campuran serbuk gergaji tersebut hanya dibakar, hal ini akan menimbulkan pencemaran udara. Adanya pelatihan membuat briket dari limbah media jamur tiram ini diharapkan dapat menambah keterampilan masyarakat selain merupakan solusi pemenuhan kebutuhan energi alternatif dengan harga terjangkau”.
Briyan Sumartono menjelaskan cara membuat briket ini, pertama kali bahan baku disiapkan yaitu limbah media jamur tiram dan dibersihkan dari material-material yang tidak berguna seperti batu, plastik serta material logam lainnya kemudian dimasukkan dalam drum yang telah diberi lubang-lubang kecil bagian dasarnya dan melakukan karbonisasi (pengarangan) dengan menyalakan api tungku dimana munculnya asap di dalam drum menandakan pembakaran dimulai. Setelah semua bahan dalam drum sudah menjadi arang segera dinginkan dengan cara menyiram air hingga bara dalam arang mati. Arang dikeluarkan dari drum lalu dihaluskan dan diayak. Siapkan perekat dengan cara memanaskan larutan kanji yang telah dicampur dalam air kemudian campurkan bahan ke dalam larutan perekat dengan perbandingan 600cc cairan lem dan 1 kg bubuk arang kering. Adonan dicetak sesuai dengan alat cetak bisa menggunakan pipa pralon atau dengan cetakan press lalu briket yang baru dicetak dijemur dan briket siap digunakan.