BERAWAL DARI HOBI MENDULANG DUA PRESTASI

Dari sekedar hobi dibidang speleology (ilmu keguaan) yang jarang dilirik mahasiswa lain ternyata banyak prestasi yang dapat diraih. Hal ini telah dibuktikan oleh Tatag Bagus Putra Prakarsa, mahasiswa jurusan Biologi FMIPA UNY. Dua prestasi terakhir yang ditorehkannya dalam waktu yang hampir bersamaan adalah sebagai peraih medali emas pada kategori PKMP (Program Kretivitas Mahasiswa Penelitian) PIMNAS XXIII 2010 sebagai kontingen UNY beserta 10 tim lainnya dan sebagai salah satu peserta termuda dalam konferensi internasional The 2010 International Meeting of the Association for Tropical Biology and Conservation (ATBC 2010) dengan tema Tropical Biodiversity: Surviving the Food, Energy and Climate Crisis bersama 200 peserta lain dari 60 negara seperti Australia, Brazil, Amerika, Jepang, dan lain-lain. PIMNAS XXIII 2010 dilaksanakan di Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar pada tanggal 20-23 Juli 2010, sedangkan ATBC 2010 dilaksanakan di Sanur Beach Hotel Denpasar pada tanggal 19-23 Juli 2010.
Tatag Bagus Putra Prakarsa mempresentasikan karya PKMP pada PIMNAS XXIII 2010 bersama Han Prasetya Adhi dan Zulqarnain Assidiqi berjudul ‘Keanekaragaman Spesies Kelelawar (Chiroptera) Di Kawasan Karst Tuban, Jawa Timur’. Mereka bersaing dengan 92 tim PKMP dari universitas lain. Di hadapan para juri Bagus menjelaskan hasil penelitiannya mengenai keanekaragaman kelelawar di kawasan Karst Tuban serta kerusakan kawasan karst (pegunungan kapur) akibat penambangan bahan baku semen. Hasil penelitian selama satu tahun tersebut cukup menyita perhatian peserta karena mengungkap fakta yang selama ini tidak banyak diketahui. “Terdapat 13 spesies dari 15 gua yang kami jadikan sebagai sampel. Satu spesies diantaranya, yaitu Nycteris javanica adalah jenis yang masuk status rentan menurut versi Red Data Book IUCN (International Union Conservation and Natural resources). Dua spesies yang lain, Kerivoula picta dan Rossetus leschenaulti merupakan new record” paparnya. Sedangkan Han Prasetya Adi menambahkan bahwa selama ini Kerivoula picta belum pernah ditemukan roosting (bertengger) di dalam gua, tapi tim dari UNY menemukan fakta bahwa di Gua Srunggo spesies tersebut roosting di dalam gua. Sedang untuk Rossetus leschenaulti yang ditemukan memiliki ukuran rata-rata 10 milimeter lebih besar daripada spesies sejenis pada umumnya.
Sedangkan Zulqarnain Assidiqi mengungkapkan bahwa praktik penambangan bahan galian golongan C oleh beberapa pabrik sebagai bahan baku semen merupakan penyebab utama rusaknya kawasan karst. “Meski begitu, kegiatan tersebut telah memberi sumber penghidupan bagi sebagian masyarakat dan salah satu sumber keuangan negara,” jelasnya. “Dengan adanya solusi yang saling menguntungkan kawasan karst harus tetap lestari dan masyarakat yang selama ini menggantungkan hidup dari penambangan tersebut harus dicarikan alternatif mencari penghasilan bagi dirinya dan keluarganya.”
Pada ATBC 2010 bersama dosen pembimbing Satino, M.Si dan Muhammad Fajri Rohmad, Tatag Bagus Putra Prakarsa mempresentasikan karyanya yang berjudul “The Diversity and Role of Cave-Dweller Bat Species in Tuban’s Karst Area of Eastern Java”. Dengan lebih menitikberatkan pada fungsi kelelawar sebagai pengontrol hama pertanian dan sebagai polinator buah berbiji terutama buah-buahan yang bernilai ekonomis seperti durian, secara tidak langsung petani akan diuntungkan dengan adanya berbagai macam jenis kelelawar di kawasan tersebut. Association for Tropical Biology and Conservation (ATBC) adalah asosiasi masyarakat profesional terbesar di dunia yang dikhususkan untuk kelanjutan biologi tropis dan konservasi tropis. Asosiasi ini didirikan pada tahun 1963 untuk mempromosikan riset dan untuk mendorong pertukaran gagasan di antara para ahli biologi yang bekerja di lingkungan tropis. ATBC telah berkembang menjadi organisasi yang benar-benar global dengan anggota lebih dari 100 negara.
(berita dibuat oleh Han Prasetya Adi)