Anggang-Anggang Sebagai Bioindikator Pencemaran Air Sungai

Sungai saat ini masih menjadi kebutuhan sebagian manusia seperti untuk sarana transportasi, pembangkit listrik, sarana irigasi pertanian, dan keperluan rumah tangga untuk minum, memasak atau mencuci. Pemanfaatan sungai yang dapat menimbulkan masalah terhadap lingkungan, salah satunya adalah penggunaan detergen untuk keperluan mencuci. Detergen mengandung berbagai zat kimia yang dapat mencemari lingkungan perairan sungai. salah satunya adalah surfaktan. Surfaktan merupakan molekul organik  yang memiliki gugus polar dan nonpolar yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Selain itu, surfaktan juga memiliki pengaruh terhadap kesehatan manusia jika ikut tertelan bersama dengan air yang dikonsumsi.
Berdasarkan fakta diatas, mahasiswa mahasiswa Biologi FMIPA UNY melakukan penelitian Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Detergen Terhadap Perilaku Anggang-Anggang Sebagai Bioindikator Pencemaran Air Sungai. Penelitian ini  menggunakan anggang-anggang sebagai bioindikator yang memiliki kemampuan mempertahankan diri dan meluncur di permukaan air dengan tegangan permukaan pada air yang tercemar. Mereka adalah Tonny Haryo Wibisono, Arif Nur Fitriyanti, Diah Hapsari Widyarini, Desy Normalia.
Menurut Tonny, selain manusia, makhluk hidup lain yang memanfaatkan sungai adalah hewan. Berbagai jenis hewan memanfaatkan lingkungan sungai sebagai sarana tempat tinggal atau sebagai sarana untuk mencari makan. Salah satunya adalah jenis serangga anggang-anggang dari keluarga Gerridae. Mereka hidup dan mencari makan di atas permukaan air. Anggang-anggang memiliki perilaku untuk bisa mempertahankan diri dan meluncur di permukaan air karena adanya tegangan permukaan. Anggang-anggang hanya dapat hidup di lingkungan sungai berarus tenang dan bersih.
Langkah kerja dalam penelitian ini yaitu menimbang detergen sebanyak 100 mg, kemudian melarutkan ke dalam bekker gelas 1000 ml menggunakan air sehingga diperoleh larutan induk sebanyak 1000 ml dengan konsentrasi 100 mg/1L. Dilanjutkan membuat sampel larutan konsentrasi dengan mengencerkan larutan induk masing-masing: 10 ml, 20 ml, 30 ml, 40 ml, 50 ml, 60 ml, 70 ml, 80 ml, 90 ml larutan induk ke dalam air sampai 1 L.  Setelah itu memasukkan masing-masing larutan sampel ke dalam nampan, menutup masing-masing nampan dengan kain tile, mengambil 3 ekor anggang-anggang dan meletakkan ke dalam masing-masing larutan sampel, mengamati apakah anggang-anggang dapat mempertahankan diri di permukaan air atau tenggelam, serta melakukan pengulangan metode a sampai g sebanyak 2 kali pengulangan.
Hasil yang dicapai setelah beberapa kali melakukan percobaan adalah pada konsentrasi larutan 1 mg/L hingga pada konsentrasi larutan 9 mg/L perilaku yang ditunjukkan dari hasil pengamatan yaitu anggang-anggang masih mampu bertahan di permukaan air namun kaki-kakinya berusaha untuk mempertahankan tegangan permukaan, untuk konsentrasi larutan 10 mg/L perilaku yang ditunjukkan dari hasil pengamatan yaitu terdapat anggang-anggang yang tenggelam dan tidak tenggelam, tergantung sensitivitas dari anggang-anggang itu sendiri, sedangkan pada konsentrasi lebih dari 20 mg/L perilaku yang ditunjukkan dari hasil pengamatan yaitu anggang-anggang tenggelam karena tidak adanya tegangan permukaan akibat larutan detergen. (witono)