UNY Satu-Satunya LPTK yang Masuk 10 Besar PKM Didanai Dikti.

Universitas Negeri Yogyakarta menjadi satu-satunya LPTK yang masuk 10 besar Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2018 didanai dikti yaitu menempati ranking 7 secara nasional. Jumlah PKM yang didanai sebanyak 123 yang terdiri dari PKM Kewirausahaan (PKMK) 19 proposal, PKM KC( Karsa Cipta) 33, PKM M (Pengabdian Kepada Masyarakat) 20, PKM PE (Penelitian Eksakta) 16, PKM PSH (Penelitian Sosial Humaniora) 28, dan PKM T(Penerapan Teknologi) 7. Tahun ini proposal FMIPA ada 27 dengan perincian PKMK 5, PKMM 4, PKMPE 14, PKMPSH 2, PKMKC 1 dan PKMT 1.  
Dari tahun ke tahun memang FT dan FMIPA yang proposalnya paling banyak didanai.  Pada tahun ini FT berjumlah 44 dan FMIPA 27. Di tim PKM FT banyak anak FMIPA yang masuk tim disana. Demikian disampaikan Dr. Pujianto, dosen Jurdik Fisika FMIPA UNY yang juga pembimbing PKM pada acara Pembekalan PKM FMIPA UNY yang dilaksanakan Jumat, 6/4/18 di ruang sidang fakultas.
Dijelaskan, kalau dikerucutkan lagi di FMIPA yang paling banyak mendapatkan dana tidak menutup kemungkinan karena karakteristik bidang MIPA sangat eksak sehingga  pasti dapatnya penelitian eksakta. Tapi tahun ini ada proposal bidang sosial humaniora yang didanai sehingga peran KSI Mist (UKMF bidang penalaran) sangat membantu. Kita senang karena hampir setiap bidang ada. Kalau dulu cenderung PKM Kewirausahaan yang banyak kemudian yang lain tidak ada. Sekarang sudah lumayan walaupun untuk PKMKC dan PKMT baru satu.
Kecenderungan di FMIPA, lanjut Pujianto, walaupun MIPA tapi jiwa wirausahanya tinggi sehingga PKMK juga banyak. Saya senang PKMK-nya tidak jualan makanan semua. Ada bidang medis, dll. Setiap tahun Belmawa mengundang para kontingen PKM sekitar 400an. Jadi kalau sekarang ribuan itu nanti akan disortir lagi menjadi 400an. Tetapi ada mekanisme baru ditahun ini. Misalnya ketika penelitian eksakta disediakan 6 kelas maka satu unit (universitas) itu yang diundang maksimal hanya  6. Harapannya 6 itu akan menyebar diseluruh kelas.  Ini untuk memberi kesempatan perguruan tinggi yang selama ini belum pernah terundang di PIMNAS.
“Karena PIMNAS ajang untuk srawung penalaran, tidak harus berburu medalinya, tapi untuk saling belajar. Berkali-kali saya tekankan bahwa di PIMNAS bukan medalinya tapi pengalamannya.  Efek sampingnya banyak seperti medali dll. Siapapun nanti yang lolos PIMNAS berarti memang pilihan dan pilihan itu jangan disia-siakan karena nanti tantangannya menjadi semakin banyak ketika menjadi finalis PIMNAS”, tambahnya. (witono)