SETIAP TAHUN LEBIH 30 RIBU SENYAWA BARU DITEMUKAN

Karakter yang paling utama dikembangkan dan diharapkan timbul pada generasi khususnya generasi Indonesia emas 2045 yaitu karakter jujur. Seandainya masyarakat Indonesia jujur maka persoalan di Indonesia akan dapat diselesaikan dengan cepat.
Penelitian dan pembelajaran kimia di sekolah dan perguruan tinggi dapat untuk mengembangkan karakter siswa, terutama karakter religius.  Hal tersebut bisa jika dari penelitian dan pembelajaran timbul berbagai kesadaran bahwa ilmu yang kita miliki amat sedikit dan kesadaran dan keteraturan yang ada di alam semesta menguntungkan bagi semua.
Demikian disampaikan Prof. Effendy, Ph.D., dari Universitas Negeri Malang pada Seminar Nasional Kimia di FMIPA UNY, 3/11. Seminar dengan tema Pengembangan Karakter Bangsa Melalui Aplikasi Penelitian Kimia dan Pendidikan Kimia diikuti oleh dosen, mahasiswa, guru, dan praktisi kimia. Pembicara lain pada seminar tersebut yaitu Prof. Madya Dr. Ismail Bin Zainol dari UPSI Malaysia, dan Mahindra Drajat Utomo, S.Si., dari PT Petrokimia Gresik.
Dikatakan, saat ini setiap tahun senyawa baru yang dapat dibuat di seluruh dunia ada lebih dari 30 ribu senyawa baru. Sedangkan yang kita pelajari di sekolah dan perguruan tinggi jumlah yang diajarkan relative tetap.
“Abstrak hasil penelitian terbit perminggu dengan jumlah  1000 halaman dengan font 7 atau 8. Dari sini kita tahu bahwa ilmu yang kita miliki masih sedikit maka muncul rasa rendah hati dan tidak sombong,” lanjutnya.
Dijelaskan, ada bebarapa masalah dalam pembelajaran kimia di Indonesia. Pembelajaran kimia di Indonesia seringkali kurang mendasar. Ini tampak pada bahan ajar terutama di SMA, yaitu untuk menjelaskan suatu fenomena kadang-kadang tidak tepat bahkan bisa menjadi salah konsep. Misalnya dalam pembahasan  penurunan tekanan uap.
“Selain itu pembelajaran kimia kurang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam tata nama. Hal tersebut karena banyak buku memberikan rumus tapi tidak ada nama. Gurunya juga begitu mengajar rumus tapi tidak member nama, sehingga siswa setelah selesai pembelajaran tahu rumus tapi tidak tahu nama,” ungkapnya.
Dikatakan, pembelajaran kimia baik di SMP, SMA, juga kadang-kadang di perguruan tinggi tidak luput dari kesalahan konsep. Pembelajaran kimia juga masih sangat jarang digunakan untuk meningkatkan berfikir tingkat tinggi dari siswa dan mahasiswa. Selain itu  juga belum menggunakan ICT secara maksimal dan untuk mengembangkan karakter siswa. (witono)