SEMINAR INTERNASIONAL MATEMATIKA

Matematika itu dianggap menakutkan, itulah sebabnya bangsa Indonesia kalah dengan Singapura atau Malaysia. Hal itu karena kita kurang motivasi dalam belajar matematika, padahal matematika adalah pangkal dari semua ilmu yang didalamnya mencakup pula ilmu fisika atau kimia dimana kemajuan teknologi tidak lepas dari matematika. Kunci keberhasilan merupakan perkalian dari kemampuan dan motivasi. Demikian diungkapkan Dr. H.C. Ary Ginanjar Agustian, founder ESQ Way 165 dalam International Seminar and The Fourth National Conference on Mathematics Education di Auditorium Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) belum lama ini. “Mengapa diperlukan Emotional Quotient dan Spiritual Quotient dalam membangun kompetensi?” kata Ary Ginanjar, “Karena ternyata Intelligence Quotient meliputi skill dan knowledge hanya menyumbang peran 10% dalam membangun kompetensi, sisanya yang 90% terdiri dari Emotional Quotient dan Spiritual Quotient meliputi behaviors, attitude, values dan beliefs. Inilah faktor yang membedakan menuju sukses jangka panjang” tutupnya. Diikuti oleh lebih dari 400 peserta dari berbagai institusi di Indonesia dan Malaysia seminar yang merupakan program dari Indonesian Mathematical Society (IndoMS) bekerjasama dengan jurusan pendidikan matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta ini mengambil tema “Building the Nation Character through Humanistic Mathematics Education” dibuka oleh Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Prof. Dr. Rochmat Wahab, MA sebagai forum bagi para dosen, peneliti, guru, mahasiswa, dan pemerhati matematika dan pendidikan matematika untuk berbagi ide yang positif, konstruktif serta kreatif untuk membangun pendidikan karakter melalui pendidikan matematika yang humanis .
Pembicara lain dalam seminar ini adalah Prof. Jozua Sabandar, Ph.D dari FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung yang mempresentasikan tentang suatu model bagaimana menginspirasi siswa membuat hipotesis dan diikuti dengan memeriksa solusi yang mungkin, untuk memastikan bahwa solusi tersebut benar. Diharapkan bahwa aspek-aspek matematika ketika disajikan dalam cara yang menarik dan menarik dapat memicu rasa ingin tahu dan kemudian mendorong siswa untuk ingin belajar matematika. “Situasi seperti dalam belajar matematika di mana peserta didik termotivasi dan terinspirasi untuk belajar matematika akan memberikan momentum yang baik bagi guru matematika untuk mengintegrasikan pendidikan karakter.” kata Jozua “Ini berarti bahwa tidak hanya prioritas tertentu untuk belajar matematika, namun juga momentum ini dapat digunakan secara optimal untuk mengembangkan karakter yang baik dari peserta didik.” Lebih lanjut Jozua menjelaskan bahwa metode ini juga akan berarti bahwa pengetahuan matematika tidak hanya ditekankan dalam pembelajaran matematika, tetapi juga diharapkan bahwa karakteristik matematika juga akan memiliki dampak dalam membentuk karakter yang baik dari peserta didik, terutama ketika para guru serta peserta didik siap untuk melihat momentum yang tepat dalam pemodelan suatu dalam membentuk karakter yang baik dimaksudkan. Pembicara lain yang diundang dalam seminar internasional ini adalah Prof. Christa Kaune dari Institut fűr Kognitive Mathematik, Universitāt Osnabrūk Jerman, Prof. Isoda Masami dari University of Tsukuba Jepang, Prof. Dr. Noor Azlan bin Ahmad Zanzali dari Universiti Teknologi Malaysia, Prof. Dr. Sutarto Hadi dari Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dan Dr. Marsigit dari FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.