SEKOLAH INTERNASIONAL HARUS DIMASUKI NILAI-NILAI KEINDONESIAAN

Banyak anak-anak orang kaya yang disekolahkan di luar negeri untuk sekolah menengah. Demikian pula anak-anak orang mampu yang pulang dari luar negeri yang belum selesai terus melanjutkan sekolah di Indonesia bukan ke sekolah biasa tapi ke sekolah internasional.
Sekolah-sekolah internasional harus dimasuki nilai-nilai ke-Indonesiaan, belajar Bahasa Indonesia. Harus ada staf pengajar dari Indonesia yang mengajar disitu. Karena jumlahnya semakin banyak, ada baiknya sekolah yang punya potensi unggulan di daerah itu dirintis untuk menjadi sekolah bertaraf internasional.
Demikian disampaikan Rektor UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd,., M.A., pada Lokakarya Evaluasi Kelas Internasional FMIPA UNY,  baru baru ini di kampus setempat. Lokakarya diikuti oleh dosen FMIPA UNY.
Dikatakan, kalau sekarang sekolah SBI/RSBI dipersoalkan itu soal keuangan yang memang kadang-kadang dengan bahasa internasional biayanya menjadi lebih tinggi. Bagi saya biaya tinggi atau rendah bukan masalah yang penting transparan/akuntable. Mau ditarik berapapun asal  ada penjelasan yang transparan tentang penggunaan uang itu untuk apa saja masyarakat akan tahu, harga sekolah  memang seperti itu.
“Dana BOS sekarang masih jauh dibawah unit cost rata-rata minimal. Jadi kalau sekolah tidak mampu menutupi biaya tersebut maka kualitas sekolah bisa turun, karena sekolah tidak boleh menarik biaya dari siswa,” jelasnya.
Kita harus menyiapkan anak-anak kita ke sekolah yang berkualitas. Oleh karena itu sekolah bertaraf internasional menjadi suatu kebutuhan kita, bukan mengada-ada. Anak-anak kita sudah canggih menggunakan ICT.
Oleh karena itu UNY merasa terpanggil untuk untuk menjadikan dirinya salah satu World Class University guna merespon kebutuhan SBI/RSBI dan sekolah internasional. Kita harapkan lulusan kita bisa menjadi pemimpin dimana-mana. Latihan kepemimpinan dan aktif di organisasi menjadi bagian penting yang harus disiapkan. (witono)