SECOND INTERNATIONAL BAT CONFERENCE

Mahasiswa jurusan pendidikan biologi fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta Hafiz Riswandi, M. Fajri Rohmad dan Tatag Bagus Putra Prakarsa mengikuti Second International South-East Asian Bat Conference 2011 di Royal Hotel Bogor Jawa Barat pada 6 – 9 Juni 2011. Konferensi ini diselenggarakan karena kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia merupakan salah satu daerah terkaya secara biologi di dunia, namun karena cepatnya perubahan dalam beberapa dekade terakhir telah membuat banyak keanekaragaman hayati terancam punah, salah satunya adalah kelelawar, komponen penting dari fauna Asia Tenggara. Mereka merupakan sekitar 30% spesies mamalia di kawasan ini, dan dapat terdiri dari hingga 50% (330 jenis) dari semua spesies mamalia dalam ekoregion hutan hujan tropis dimana sampai dengan 225 spesies diantaranya ada di Indonesia. Kegiatan yang dibuka oleh Kepala LIPI Prof. Dr. Lukman Hakim ini dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan dihadiri oleh 88 orang termasuk ilmuwan-ilmuwan ahli kelelawar dari 21 negara di seluruh dunia untuk membahas berbagai aspek seperti kelelawar taksonomi, genetika, zoogeografi, keanekaragaman hayati dan sebagainya.
Hafiz Riswandi dan M. Fajri Rohmad mengetengahkan keanekaragaman dan peran kelelawar penghuni gua di kawasan karst pegunungan Meratus Kalimantan Selatan. Menurut Hafiz Riswandi, ekosistem kawasan karst menyimpan keanekaragaman makhluk hidup baik keanekargaman  tumbuhan ataupun hewan dan sering kali di antaranya merupakan jenis-jenis yang endemik, yang berarti tidak ditemukan di ekosistem lain; sehingga dapat dikatakan bahwa kawasan karst merupakan bagian penting dari keanekaragaman yang ada di muka bumi. “Akan tetapi sampai sekarang kawasan karst masih dianggap sebagai kawasan yang miskin yang hanya menghasilkan bahan tambang golongan C sehingga tidak mampu untuk menyejahterakan kehidupan penduduk sekitar, oleh sebab itu  kawasan karst cenderung dirusak melalui aktivitas penambangan. Hal yang sama juga terjadi di kawasan karst Meratus, Pegunungan Meratus Kalimantan Selatan.” kata Hafiz. M. Fajri Rohmad menambahkan bahwa kawasan Meratus ini memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi, salah satunya adalah kelelawar. “Pada penelitian sebelumnya telah ditemukan 13 jenis kelelawar di mana beberapa di antaranya adalah jenis yang endemik dan memiliki peran vital bagi lingkungan misalnya sebagai agen penyerbukan beberapa tumbuhan budidaya.” Ungkap Fajri, “Sehingga sangat mendesak untuk melaksanakan penelitian guna melacak peran kelelawar baik untuk lingkungan ataupun untuk kehidupan sosial masyarakat sekitar, mengingat laju pembukaan hutan di Kalimantan Selatan semakin tinggi dari tahun ke tahun, dan sudah melanda kawasan karst Meratus.”
Sedangkan Tatag Bagus Putra Prakarsa menyampaikan makalah berjudul “Feeding Behavior Modification of Nycteris Javanica E.eoffroy 1813 In the Lawa Temandang Cave and Lawa Mbelik Cave Tuban’s karsts area of Eastern Java Indonesia” yang sekaligus mendapatkan beasiswa gratis dari PBI (Perhimpunan Biologi Indonesia) untuk mengikuti konferensi. Menurut Tatag Bagus, kawasan karst di Indonesia membentang dari barat hingga timur dan tersegmen-segmen. Kondisi yang demikian dan didukung oleh pengaruh lingkungan serta letak secara altitude dan latitude menjadikan tiap kawasan memiliki keunikan dan variasi biodiversitas yang tinggi. Spesies yang sama di tempat yang lain dapat memiliki perilaku yang berbeda. Salah satunya adalah species Nycteris javanica. “Di kawasan karst Tuban, kelelawar ini hanya ditemukan di 2 gua yaitu gua Lawa Temandang dan gua Lawa Mbelik. Uniknya kelelawar ini memangsa anggota dari kelas Charontidae yang juga merupakan biota penghuni gua (Troglobites) yang belum pernah ditemukan dalam catatan dan data manapun juga.” tutupnya.