Sebanyak 31 Spesies Tumbuhan Paku di Jalur Sapu Angin Teridentifikasi

Sebanyak 32 spesies yang terdiri dari  31 spesies teridentifikasi dan 1 spesies belum teridentifikasi berhasil ditemukan oleh mahasiswa Pendidikan Biologi Internasional 2014. Kegiatan penelitian yang dilaksanakan dalam rangka studi ekskursi yang dilaksanakan 20-21/11/17 ini mengidentifikasi jenis tumbuhan paku yang ada di Jalur Sapuangin, Merapi.
Terdapat 18 genus tumbuhan paku meliputi Gymnocarpium, Adiantum, Nephrolepis, Davalia, Selaginella, Pteris, Asplenium, Diplazium, Anemia, Sphaerostephanos, Dicksonia, Dynaria, Sphenomeris, Dryopteris, Gleichenia, Lygodium, Cyclosorus, dan Cyathea. Ke-18 genus tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 13 famili di antaranya Cystopteridaceae, Polypodiaceae, Davalliaceae, Selaginellaceae, Aspleniaceae, Anemiaceae, Thelypteridaceae, Cyatheaceae, Lindsaeaceae, Dryoptreridaceae, Lomariopsidaceae, Gleicheniaceae, dan Schzaeaceae. Famili Polypodiaceae dan Aspleniaceae memiliki jumlah jenis tertinggi, masing-masing 6 dan 4 spesies.
Para mahasiswa yang terdiri dari  Hindun Hidayatu n Na’imah, Lailatul Fitriyah, Aza Ayu Din Illahaqi, Afiannisa Viersanova memfokuskan identifikasi pada paku terestrial di sepanjang Jalur Pendakian. Paku terertrial merupakan tumbuhan paku yang tumbuh dan hidup di atas tanah. Penelitian ini dibimbing oleh dr. Tutiek Rahayu, M.Kes. dan Rio Christy Handziko, S.Pd.Si.,M.Pd. Metode yang digunakan adalah metode transek jalur (strip transect) sepanjang 1,7 km dari titik awal basecamp jalur prendakian.
Ketua peneliti Hindun Hidayatun Na’imah mengatakan, bahwa identifikasi ini bermanfaat dari aspek penelitian di Indonesia. ”Bagi kami, penelitian ini sangat bermanfaat untuk memperdalam pengetahuan dan menambah pengalaman lapangan.”
Laila, anggota tim menambahkan bahwa identifikasi tumbuhan paku di kawasan TNGM juga dapat mendukung upaya konservasi. “Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai data dasar khususnya tentang tumbuhan paku beserta kondisi habitatnya yang dapat digunakan sebagai acuan dalam rangka usaha-usaha pelestarian sumber daya alam serta untuk kepentingan konservasi di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi”.  
Menurut Hindun dan timnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan dari berbagai bidang ternasuk pendidikan. “Kami berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Misalnya dapat dibuat sebagai model pengembangan media ajar, karena kami adalah calon guru.” imbuhnya. (Laila)