PUPUK BERBAHAN DASAR CANGKANG UDANG DAN KULIT TEBU

Limbah ampas tebu dan limbah cangkang  udang yang ada di sekitar kita sudah dimanfaatkan orang supaya mempunyai manfaat lainnya. Ampas tebu yang dihasilkan suatu pabrik sudah ada yang dimanfaatkan antara lain untuk pembuatan pulp dalam industri kertas, campuran dalam pembuatan paving block, serta pembuatan tisu.
Kedua limbah tersebut dikembangkan untuk pembuatan NANO-Chitosan Silica Slow Release Fertilizers (SRFs): Aplikasi Pupuk Nanoteknologi SRFs Berbahan Dasar Cangkang Udang dan Kulit Tebu. Mereka adalah Dinar Indah Lufita Sari, Muhammad Wahyu Arif, Ferdinand Dos Santos dari prodi Kimia, Afrizal Lathiful Fadli (Fisika) dan Absari Hanifah (Biologi).
Dinar menerangkan, maraknya penggunaan pupuk kimia semakin memperparah kondisi lahan pertanian karena penggunaan pupuk kimia secara terus menerus akan merusak kondisi tanah akibat unsur hara yang tidak seimbang.
Dijelaskan, akhir-akhir ini telah dikembangkan riset mengenai penerapan pupuk SRFs yang merupakan pupuk lepas lambat dengan mekanisme pelepasan unsur hara secara berkala mengikuti pola penyerapan unsur hara dengan sintesis mikronutrisi seperti tembaga(Cu), besi (Fe), seng (Zn) dan beberapa mikronutrisi lainnya.
“Solusi yang kami tawarkan untuk meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk adalah melalui pupuk nanopartikel SRFs dengan bahan dasar silika (Si) yang  diperoleh dari limbah kulit tebu dan kitosan dari limbah cangkang udang”, lanjutnya.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui proses pembuatan, karakterisasi hasil, serta efektivitas pupuk nanopartikel SRFs dengan bahan dasar silika dan kitosan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menaikan nilai ekonomis limbah cangkang udang dan kulit tebu dan menjadi alternatif pupuk ramah lingkungan sehingga dapat mengatasi permasalahan yang ditimbulkan dari penggunaan pupuk kimia yang tidak ramah lingkungan dan pupuk organik yang rendah unsur hara. Bahan yang digunakan diantaranya  cangkang udang,  kulit tebu,  zeolit alam,  aquades, alkohol,  alkoksida,  tanaman kacang tanah.
Dijelaskan, penelitian dilakukan diawali dengan menyiapkan alat dan bahan dalam proses pembuatan pupuk. Setelah itu dilakukan Pre-treatment yang merupakan tahap awal yang sangat menentukan kualitas produk SRFs yang akan disintesis. Yang termasuk dalam tahapan ini antara lain pemurnian (purifification) dan pengecilan ukuran (size reduction). Proses pemurnian sederhana dilakukan untuk memisahkan komponen impurities yang tidak dikehendaki keberadaannya karena dapat menurunkan sifat-sifat spesifik silika, kitosan, dan zeolit. Impurities fisis dapat dipisahkan dengan cara filter atau penyaringan dan leaching dari butiran batu lain, plastik, logam daun dan sebagainya.
Bahan baku zeolit yang masih berupa bongkahan batu dapat diperhalus dengan menggunakan hammer mill sehingga diperoleh bubuk zeolit yang mana luasan pori menjadi lebih banyak.
Selanjutnya adalah proses formulasi nanosilika, nanokitosan dan aktivasi zeolit, granulasi, drying, dilanjutkan dengan uji efektivitas pupuk SRFs terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman kacang tanah.
“Tahap terakhir dari penelitian adalah uji efektivitas pupuk SRFs terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman kacang tanah. Uji efektivitas ini dilihat dari tingkat kecepatan pertumbuhan, kesuburan tanaman (kondisi batang dan daun, warna batang dan daun), hasil panen, dan jumlah unsur hara yang terbuang dalam saluran irigasi”, sambungnya. (witono)