PONI BATHO : UPAYA PRODUKSI SAYUR MANDIRI DI DAERAH PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK

Mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang  Pengabdian Kepada Masyarakat (PKMM) memperkenalkan pelatihan Poni Batho: Hydroponic Basin Method kepada ibu-ibu yang tinggal di perumahan padat penduduk. Pelatihan ini memfasilitasi ibu-ibu rumah tangga yang harapanya dapat memberdayakan serta melatih keterampilan untuk memproduksi sayuran secara mandiri sehingga dapat meningkatkan konsumsi sayur. Program Poni Batho ini dilaksanakan di Padukuhan Karangmalang, Desa Caturtunggal, Depok, Sleman, DIY. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan salah satu kawasan pemukiman padat penduduk dimana akses ketersediaan  lahan untuk bercocok tanam secara konvensional tidak tersedia, sementara masyarakat membutuhkan pasokan sayuran untuk sehari-hari. 
Para mahasiswa tersebut yaitu Septiah Winda Ningrum, Fidyanti Retno Palupi, Zulfa Mahendra (Pendidikan Fisika), Rahmanisa Laila Fitri (Pendidikan Biologi), dan Muhammad Arif Nur Rokhman (Pendidikan IPA), dengan dosen pendamping Dr. Tien Aminatun, S.Si, M.Si. 
Pelaksanaan program hidroponik ini diikuti oleh 15 orang ibu-ibu yang terbagi dalam 2 kelompok. Dalam pelaksanaan program ini masing-masing kelompok diberikan pengetahuan dan pelatihan seputar  cocok tanam dengan hidroponik, cara pembibitan, perawatan tanaman hidroponik, hingga pemanenan serta tips supaya dapat melakukan penanaman secara berkelanjutan. Metode yang diberikan pada program ini adalah metode basin atau menggunakan baskom. Metode ini merupakan cara bercocok tanam hidroponik yang sederhana  dan mudah karena alat dan bahan yang diperlukan dapat mudah ditemukan di sekitar kita, perawatan yang tidak rumit, tidak membutuhkan lahan yang luas serta pembiayaan relatif murah. 
Septiah Winda Ningrum menjelaskan, bibit sayuran yang kami gunakan adalah yang biasa disayur oleh penduduk yaitu bayam, kangkung, sawi, selada, dan cabai. Dan alat/bahan yang digunakan juga cukup sederhana seperti baskom plastik, botol bekas air mineral, air, kain flannel, rockwool, dll. 
“Pada praktiknya kami mengajarkan tentang bagaimana melarutkan nutrisi, pembenihan dengan media tanam rockwool, serta memindahkan bibit ke media tanam”, lanjutnya.
Arif Nur Rokhman menambahkan, hidroponik dapat menjadi solusi bercocok tanam di kawasan padat penduduk dan dapat dilakukan di depan rumah.  Bercocok tanam dengan Poni Batho dapat meningkatkan kesehatan karena sayur yang ditanam sendiri akan lebih sehat karena organik  bebas dan dari kontaminasi bahan-bahan kimia berlebih. 
Dengan demikian, kebutuhan sayur masyarakat perkotaan di permukiman padat penduduk akan tepenuhi secara efektif, efisien dan sehat. Serta melihat potensi bisnis dari tanaman hidroponik, melalui program ini, diharapkan dapat menumbuhkan jiwa berwirausaha dikalangan ibu-ibu rumah tangga di kawasan padat penduduk Karangmalang. (Arif&witono)