Mahasiswa Biologi UNY Amati Habitat Ikan Glodok Pada Ekosistem Mangrove

Pada  Taman  Nasional  Baluran,  keberadaan  hutan mangrove tersebar hampir di seluruh pesisir kawasan tersebut. Salah satu biota akuatik yang berhabitat asli di kawasan mangrove adalah ikan glodok atau mudskipper yang termasuk dalam famili Gobiidae. Jenis ikan dari famili Gobiidae merupakan jenis umum penghuni kawasan mangrove, hal tersebut dikarenakan kemampuan adaptasi yang tinggi di mana ikan ini akan menyerupai warna dasar perairan dan seringkali membenamkan diri pada substrat.
Hal tersebut nampaknya menarik minat mahasiswa prodi Biologi FMIPA UNY untuk meneliti preferensi habitat ikan glodok (Gobiidae) pada ekosistem mangrove Pantai Bama di kawasan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Para mahasiswa tersebut yaitu Fauzan R. P., Hefi M. S., Gana Y. P., M. Fajar H., Heny Rahmawati.  Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui karakterisitik klimatik, edafik, dan vegetasi pada habitat ikan glodok di Ekosistem Mangrove Pantai Bama Kawasan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dilaksanakan belum lama ini.
Gana menerangkan, penelitian dilakukan dengan penjelajahan ekosistem mangrove dan mengamati keberadaan ikan glodok dengan cara menelusuri jembatan tracking dan menentukan 3 titik pengambilan data dengan jarak antar titik 10 meter. Mengukur dan mencatat karakter habitat yaitu klimatik dan edafik meliputi intensitas cahaya, suhu substrat, pH substrat, suhu air, pH air, salinitas serta karakter vegetasi pada setiap titik pengambilan data, mengambil sampel ikan glodok untuk diidentifikasi, jika tidak memungkinkan untuk diambil maka diambil foto ikan.
Hasil penelitian yaitu, habitat ikan glodok merupakan kawasan dengan substrat lumpur dengan ketinggian air 0- 30 cm yang memiliki ciri yaitu intensitas cahaya yang rendah yaitu berkisar antara 57- 78 x 1000 lux, intensitas cahaya yang rendah ini dikarenakan habitatnya merupakan area yang tertutup oleh vegetasi mangrove, sehingga cukup terlindungi dari cahaya matahari.
“Suhu substrat ikan yang merupakan lumpur, berkisar antara 31oC- 33oC, dengan pH substrat termasuk netral cenderung agak asam yaitu 6,6- 6,8. Begitu pula dengan pH air yang juga netral tetapi cenderung asam, yang berkisar antara 6,4- 6,7. Kecenderungan pH substrat dan air yang menuju ke asam ini dikarenakan tingginya kandungan bahan organik yang terdapat di substrat. Kandungan organik ini dapat berasal dari sisa- sisa tanaman mangrove yang telah membusuk atau kotoran hewan dan kemudian berdampak dalam menurunkan pH substrat menjadi lebih asam,” lanjutnya.
Salinitas atau kandungan garam pada habitat ikan glodok sendiri adalah berkisar antara 2,4 gram hingga 3 gram per 100 ml. Hal ini dapat dikatakan bahwa kandungan garam ini cukup rendah dan termasuk dalam kawasan estuaria jenis oligohalin (kadar garam rendah yaitu 0,5%- 3%). Berdasarkan hal tersebut berarti bahwa ikan glodok mampu mentoleransi substrat dengan kadar garam yang rendah.
Karakter vegetasi dimana ikan glodok ditemukan, kata Gana, merupakan vegetasi mangrove yang memiliki akar tunjang dengan ukuran yang cukup besar dan memiliki susunan yang cukup rapat. Diketahui bahwa vegetasi mangrove tempat dimana ikan glodok ditemukan, adalah jenis Rhizophora sp. Jenis tanaman ini merupakan tanaman mangrove yang dikenal memiliki ketahanan terhadap hempasan ombak, sehingga tanaman jenis ini merupakan penyusun terluar (paling dekat laut) dari sebuah susunan vegetasi mengrove.
Selain itu, Rhizophora sp memiliki akar jenis cane root (akar tunjang) yang berfungsi untuk menunjang tegaknya pohon agar tetap bertahan dari hempasan ombak. Pada pengamatan, akar Rhizophora sp yang besar dan kuat serta rapat ini, digunakan oleh ikan glodok sebagai tempat berlindung. Ikan ini akan meloncat menuju akar yang rimbun sehingga ia akan terlindung dari pengganggu maupun predatornya. Kecepatan ikan glodok dalam meloncat dan tempat berlindungnya yang rimbun ini membuat ikan ini sulit untuk ditangkap menggunakan tangan kosong. (witono)