KUNJUNGAN BEM FMIPA KE PPLH DAN BMKG

Kondisi energi nasional masih memperlihatkan status yang relatif sama dengan kondisi beberapa tahun sebelumnya dimana energi fosil seperti bahan bakar minyak, gas bumi, bahan bakar gas, LPG, batu bara, briket batu bara, listrik, kayu dan arang masih menjadi pilar utama dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun menjadi sumber utama devisa nasional. Oleh karena itu energi terbarukan diharapkan dapat dikembangkan untuk bahan bakar kendaraan bermotor dan energi-energi alternatif lain untuk pembangkit tenaga listrik karena kandungan energi konvensional terbatas, dan oleh karena itu akan habis pada suatu waktu, sedangkan ketersediaan energi terbarukan tidak akan habis dalam rentang waktu yang tidak terbatas, selain itu dilihat dari ukurannya, sistem energi terbarukan biasanya lebih kecil dan menghasilkan limbah lebih sedikit. Demikian dikatakan Kasubid Pengendalian Kerusakan Lingkungan Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) Regional Jawa, Andi Ratu, ST di PPLH Yogyakarta pada Kamis, 27 Mei 2010 dalam rangka SIE (Science In Our Environment) BEM REMA FMIPA UNY. SIE (Science In Our Environment) merupakan kunjungan ilmiah BEM REMA FMIPA UNY ke institusi pemerintah yang bergerak di bidang lingkungan dan energi guna mengetahui kondisi energi dan lingkungan di Indonesia. Kunjungan ini disambut pula oleh Kasubid Pengendalian Pencemaran Nugroho Widianto, M.Si dan Kepala Sub Bagian Informasi dan Komunikasi Nurhayati, S.Sos, M.Si dan berkesempatan melihat koleksi tanaman langka serta beberapa hasil karya milik PPLH seperti pusat listrik tenaga surya, komposter, IPAL, pengolahan limbah urine, dan sebagainya.
Selain mengunjungi PPLH delapan belas orang mahasiswa BEM REMA FMIPA UNY juga berkunjung ke Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Yogyakarta dan disambut oleh Tony A. Wijaya, S.Si. Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika yang menjelaskan tentang Perubahan Iklim (Climate Change) yang merupakan dampak Pemanasan Global (Global Warming). Dikatakan Tony bahwa ketika radiasi matahari mencapai atmosfer bumi sebagian panas akan dipantulkan dalam bentuk sinar infra merah dan sebagian lagi diteruskan sehingga permukaan bumi menjadi hangat. Permukaan bumi memantulkan kembali panas tersebut dan sebagian panas akan kembali ke permukaan bumi lagi sehingga  bumi tetap hangat dan nyaman ditinggali mahluk hidup di dalamnya. Konsentrasi Gas Rumah Kaca di atmosfer yang terus meningkat menyebabkan Sinar Infra merah matahari yang diserap, ditahan  dan dipantulkan kembali ke permukaan bumi semakin banyak sehingga mengakibatkan bumi semakin panas. Hal ini disebabkan karena hutan tidak mampu menetralisir konsentrasi karbondioksida yang berlebihan  sehingga mengakibatkan pemanasan global yang mempunyai efek gunung-gunung es mencair, salju di pegunungan sub tropis berkurang, daratan mengecil, perluasan gurun dan suhu muka laut meningkat. Diketahui bahwa tinggi permukaan laut bertambah 10 cm - 25 cm selama abad ke-20 dan diprediksi meningkat 9 cm - 88 cm pada abad ke-21. Pemanasan Global tidak dapat dihentikan dan tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan. Mahasiswa juga diberi kesempatan meninjau taman alat yang merupakan lahan penempatan alat meteorologi milik BMKG seperti alat pengukur kecepatan angin, pengukur curah hujan, pengukur kelembaban udara, dan sebagainya.