Kebun Raya Bisa Dimanfaatkan Sebagai Sumber Belajar

Pada dasarnya potensi kebun raya sebagai sumber belajar tidak hanya terbatas pada koleksi tumbuhan saja, akan tetapi juga termasuk seluruh aktivitas dalam pengelolaan kebun raya serta budaya lokal setempat.
Bentuk-bentuk pemanfaatan kebun raya untuk kepentingan pendidikan yang telah  ada saat ini antara lain untuk praktikum biologi, kuliah lapangan, praktek kerja lapangan, out bond dan pengenalan lingkungan bagi anak usia dini. Dalam catatan Kebun Raya Baturraden, meskipun masih tergolong kecil, kebun raya Baturraden telah dimanfaatkan oleh para pelajar dan mahasiswa antara lain dari Fak. Biologi UNSOED Fak. Kehutanan UGM, Fak. Biologi UNNES dan FMIPA UNY serta Sekolah Alam Baturraden sebagai sumber belajar.
Demikian disampaikan Soegiharto, S.Hut., MP, Kepala Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Baturraden Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah saat menyampaikan materinya yang berjudul Peran Kebun Raya Sebagai Sumber Belajar dan Penelitian Biologi pada Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi FMIPA UNY, Sabtu, 8/11/14 di FMIPA UNY. Pembicara lain yaitu Dr. H. Handoko Santoso, M.Pd. (Rektor Universitas Muhammadiyah Metro Lampung, dan Prof. Bambang Subali, MS (Guru Besar Pendidikan Biologi FMIPA UNY).
Lebih lanjut dikatakan, pada tahun 2013 tidak kurang dari 785 orang  telah berkunjung untuk keperluan belajar. Selain untuk keperluan sumber belajar yang bersifat harian juga telah dimanfaatkan untuk kepentingan magang dan praktek kerja lapangan bagi para mahasiswa jurusan biologi dan kehutanan.
Pada tahun 2014 melalui kerjasama dengan Fakultas MIPA UNY telah dilaksanakan penelitian Kajian Faktor Biotik dan Abiotik Anggrek di Kebun Raya Baturraden.
“Tantangan terbesar bagi kebun raya, khususnya kebun raya di daerah, adalah bagaimana mengoptimalkan  data/catatan potensi koleksi tumbuhan, ekosistem dan aktivitas pengelolaan kawasan yang ada menjadi bahan/materi penelitian baik yang dilakukan sendiri maupun oleh pihak lain. Dengan demikian, keberadaan kebun raya mampu menjadi salah satu kontributor dalam pengembangan ilmu pengetahuan alam, khususnya ilmu biologi,” terangnya.
Sementara itu Bambang Subali mengatakan, ada anggapan bahwa seseorang yang menekuni suatu bidang ilmu secara linier dari strata-1 sampai strata-3 dianggap akan lebih mumpuni dalam menguasai bidangnya. Anggapan ini berlanjut sampai dengan apa yang diteliti haruslah hanya yang menjadi kajian di dalam bidang ilmunya. Anggapan ini berlanjut bahwa tidak mungkin seorang pakar membuat judul penelitian yang kurang relevan dengan bidang keahliannya. Anggapan terakhir ini yang menjadi kurang tepat dan memunculkan wawasan yang sempit karena banyak sekali permasalahan penelitian yang bersifat multidisipliner dalam arti bahwa untuk memecahkannya diperlukan sumbangan dari banyak pakar.
Penelitian untuk menemukan padi yang tahan terhadap musim kering akan sangat membantu petani di saat terjadinya musim kering di kawasan yang beriklim monsun seperti di Jawa. Tentulah bukan padi ladang yang ingin ditemukan, melainkan padi sawah yang tetap dapat tumbuh sampai panen meskipun kemudian terlanda kekeringan. Permasalahan ini tentulah ini merupakan satu permasalahan yang harus dipecahkan oleh banyak ahli secara bersama-sama mulai dari ahli benih padi, ahli genetika, ahli fisiologi, ahli pertanian, dan ahli tanah sehingga kalau nantinya ditemukan varietas padi tahan kekeringan  haruslah dapat pula menjawab apakah varietas padi tersebut unggul di semua jenis tanah, mulai terkena kekeringan setelah umur berapa agar tetap dapat sampai berbuah. Dengan demikian, tentulah pada ahli dari beberapa universitas dapat bekerja sama untuk menjawab permasalahan tersebut. (witono)