KEANEKARAGAMAN LUMUT TERESTRIAL DI JALUR PENDAKIAN SAPUANGIN merapi

Sebanyak 12 jenis lumut berhasil diidentifikasi oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi UNY pada ekskursi yang dilaksanakan di jalur pendakian Sapu Angin Gunung Merapi, Yogyakarta. Lumut terestrial ditemukan di zona terestrial tanah, batuan, dan kayu lapuk yang terdiri dari lumut sejati dan lumut hati namun tidak dijumpai lumut tanduk.
Selain itu juga ditemukan 6 jenis lumut kerak (lichenes). Jenis lumut yang teridentifikasi yaitu Syrrhopodon sp.,Chiloscyphus semiteres, Marchantia polymorpha, Acroporium stramineum,Ceratodon purpureus, Thuidium tamariscinum, Antitrichia curtipendula, Polytrichum sp., Plagiochila asplenioides, Aulacomnium palustre, Fissidens pusillus, dan Leucobryum sp. Lumut kerak yang ditemukan yaitu Usnea cornuta, Pertusaria corallina, Hypotrachyna afrorevoluta, Bunodophoron melanocarpum, Cladonia bellidiflora, dan Parmotrema perlatum.
Pada penelitian yang dilaksanakan 20-21/11/17 tersebut Anggun Fitria Agung, Neny Andriani, Yenni Rizqi R. K E, Putri Elfa Nur Izza, Theophile Niyonsaba dengan pembimbing dr. Tutiek Rahayu, M.Kes dan Rio Christy Handziko, M.Pd., dibagi menjadi 6 transek pengamatan dengan jarak antartransek 100 meter (1 pal), selisih ketinggian berbeda-beda. Pengambilan data dilakukan pada pal 3, 5, 8, 10, 13, 15, dimana pada kawasan pal tersebut, lokasi pengamatannya masih strategis dan aman.
Anggun menerangkan, terdapat 3 zona terestrial yang diamati yaitu tanah, batuan dan kayu lapuk. Masing-masing plot di setiap transek dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, namun ada yang tidak semua transek mendapatkan plot. Hal ini dikarenakan posisi tumbuhnya lumut secara epifit atau parasit pada makhluk hidup lain, atau lokasi tumbuhnya lumut yang cukup jauh dari jangkauan praktikan sehingga tercipta ketidakamanan. Pada transek 6 tidak ditemukan adanya zona batuan, dikarenakan tidakatau jarang terdapat batu di kawasan tersebut. Pada zona terestrial di tanah, terdapat 6 transek dengan 18 plot pengamatan dan ditemukan 34 lumut yang tersebar. Pada zona terrestrial di batuan, terdapat 5 transek dengan 14 plot pengamatan dan ditemukan 46 lumut. sedangkan pada zona terrestrial di kayu lapuk, terdpat 6 transek dengan 16 plot pengamatan dan ditemukan 41 lumut. Total terdapat 121 lumut yang terdata dan teramati.
Berbagai jenis lumut yang teramati, lanjut Anggun, merupakan spesies yang sama yang mampu hidup tersebar di berbagai zona terrestrial di tanah, batuan, dan kayu lapuk. Pada tabel 1 hasil pengamatan terdapat jenis lumut yang sering    ditemukan    pada    lokasi pengamatan yaitu Marchantia polymorpha, Antitrichia curtipendula, dan Thuidium tamariscinum. Selain itu, disekitar tumbuhan lumut juga ada beberapa jenis lichen yang tumbuh dengan jenis Pertusaria sp. dan Hypotrachyna sp. yang sering ditemui. (witono)