IZUMI NISHITANI DARI UNIVERSITAS GUNMA JEPANG BICARA LESSON STUDY DI UNY

Pakar Pendidikan, Prof. Izumi Nishitani dari Faculty of Education  Gunma University, Japan memberikan pemaparan tentang Lesson Study (LS) pada acara Workshop Lesson Study di FMIPA UNY, Jumat (26/12). Workshop diikuti oleh seluruh dosen di FMIPA.
Pada pemaparannya, Izumi mengatakan, ada beberapa poin baik pembelajaran di Indonesia diantaranya banyak guru yang berharap dapat meningkatkan kemampuan mengajarnya, kebanyakan siswa ramah dan mengikuti dirinya, anak-anak oarangtua dan masyarakat menghargai guru, serta lama mengajar di sekolah.
Sedangkan kendala yang dihadapi adalah guru dan anak bergantung kepada buku teks dan LKS, kurangnya penemuan dan eksplorasi di dalam pembelajaran, siswa diminta menghafalkan kemudian mengingat rumus dan menggunakannya, menulis di papan tulis, cara siswa membuat catatan, pelajaran terlalu panjang (80 menit).
“Di Indonesia sebagian besar pembelajarannya adalah mengingat/menghafal. Yang menjadi permasalahan guru-guru saat ini adalah ujian nasional dan buku-buku yang sangat tebal dan syarat muatan dimana semua muatannya harus disampaikan kepada siswa dan kemudian diakhir tahun pembelajaran ada ujian nasional. Jadi siswa dan guru kejar-kejaran untuk menyelesaikan targetnya,” katanya.
Dijelaskan, yang terjadi dalam pembelajaran sehari-hari adalah guru mengajar siswa menghafal itu terjadi terus menerus, dan  habis ujian lupa semua, karena ujian sudah selesai. Jepang juga sudah pernah mengalami kondisi seperti ini dimana guru mengajar dan siswa menghafal. Tapi kemudian sedikit demi sedikit fenomena ini bisa berubah menjadi lebih baik.
Izumi menceritakan, di Finlandia banyak terdapat sekolah terpadu yaitu SD dan SMP menjadi satu, fasilitasnya menunjang sangat menunjang, diantaranya papan tulis elektrik. Dan jumlahnya tidak seperti di Indonesia yang rata-rata 30 atau 40. Disana siswa perkelas sangat sedikit. Indonesia dan Jepang hampir sama muridnya banyak.
Di Indonesia dan Jepang ruang guru biasanya satu meja satu guru. Tapi di Helsinki berbeda, yaitu seperti ruang tamu ketika datang boleh duduk di situ tapi ketika mengajar tempat duduk itu boleh ditempati guru lain yang sedang tidak mengajar.  Yang hampir sama antara di Finlandia dan Indonesia adalah guru setelah mengajar lalu pulang. Tapi di Jepang guru-guru tetap disekolah sampai larut untuk mempersiapkan materi besuk pagi sehingga persiapan materinya benar-benar matang.
“Finlandia Negara kecil, populasi tidak banyak, sumberdaya alam tidak ada, tapi memfokuskan pada pendidikan. Dengan pendidikan yang tinggi maka bisa bersaing di dunia global. Mulai dari SD sampai universitas pendidikannya gratis. Alat tulis dan makan siang disiapkan sekolah. Pendidikan bisa gratis berasal dari pajak yang sangat  tinggi dari Negara tersebut dan pajak tersebut dialokasikan ke pendidikan. (witono)