Inventarisasi Jenis–jenis Capung di Kawasan Suaka Margasatwa

Mahasiswa Jurdik biologi FMIPA UNY yang terdiri dari Septi Dwi Lestari, Bowo Prakoso, Ayu Chandra, Uhti Intan, Lutvi Widyastuti dan Amalia Susanti melakukan inventarisasi capung yang ada di area telaga Suaka Margasatwa (SM) Paliyan Gunung Kidul pada 14-15/11/16 . Pada kegiatan inventarisasi ini dilakukan pencatatan dan penghitungan kelimpahan jenis capung yang dijumpai di area telaga. 
Nurrochmah Wisudhaningrum,staff bidang pengendali ekosistem hutan BKSDA Yogyakarta menjelaskan bahwa belum ada data mengenai keanekaragaman jenis capung yang ada di SM Paliyan Gunung Kidul. Oleh karena itu beliau sangat mendukung kegiatan inventarisasi capung tersebut.
Septi menjelaskan, Capung dipilih sebagai objek pengamatan karena capung merupakan serangga yang sangat unik. tempo.co baru-baru ini memberitakan bahwa capung merupakan pemburu yang paling brutal sekaligus paling efektif dalam filum animalia. Capung tercatat mampu menangkap mangsanya dengan tingkat keberhasilan mencapai 95%. 
“Kemampuan dan perilaku berburu capung tersebut memungkinkan capung berperan sebagai agen pengendali hayati. Capung dewasa merupakan predator alami bagi serangga hama tanaman pangan. Bukan hanya itu saja, dalam fase nimfa, capung merupakan pemangsa serangga air, salah satunya yaitu jentik-jentik nyamuk. Capung juga berperan sebagai biondikator kualitas suatu perairan, hal ini dikarenakan nimfa capung tidak dapat hidup dalam perairan yang tercemar. Berdasarkan keunikan dan perannya dalam ekosistem, capung menjadi suatu objek yang menarik untuk diteliti”, lanjutnya. 
Hasil dari kegiatan inventarisasi ini tercatat 16 spesies capung, 10 spesies diantaranya termasuk dalam sub-ordo Anisoptera (capung biasa) dan 6 spesies termasuk dalam sub-ordo Zygoptera (capung jarum). Tingkat keanekaragaman jenis capung di area peraian telaga Suaka Margasatwa Paliyan Gunung Kidul tergolong sangat baik dengan nilai indeks keanekaragaman H’= 2,505. Tingkat keanekaragaman jenis capung di area telaga Suaka Margasatwa Paliyan Gunung Kidul ini dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik yang mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan capung yanag ada di area tersebut. 
Berdasarkan perhitungan, kata Septi, kelimpahan jenis tertinggi yakni Pseudagrion rubriceps (20,1%),  sedangkan yang terendah yakni Potamarcha congener  (0,5%) .
Menurut daftar IUCN, 16 spesies capung yang tercatat di Suaka Margasatwa Paliyan Gunung Kidul dikategorikan dalam status least concern yang berarti spesies tersebut kecil kemungkinan mengalami kepunahan karena jumlahnya yang masih melimpah di alam. (Bowo P/witono)