Inventaris Keanekaragaman Jenis Burung di SM Paliyan

Keanekaragaman  dan  kelimpahan  jenis burung  yang  ditemukan  dalam  suatu  kawasan dapat  mengindikasikan  bagaimana  keadaan  di kawasan  tersebut. Sebagai  salah  satu  komponen dalam  ekosistem,  keberadaan  burung  dapat menjadi  indikator  apakah  lingkungan  tersebut mendukung  kehidupan  suatu  organisme  atau tidak  karena  mempunyai  hubungan  timbal  balik dan  saling  tergantung  dengan  lingkungannya. 
Dari hal tersebut mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY yang terdiri dari Aghnan Pramudihasan, Wida Pangestutui Prihatin, Radha Amalia Balqis, Silvia Rosiana D dan Venty Azulianingsih melakukan inventarisasi keanekaragaman jenis burung diurnal di kawasan Suaka Margasatwa (SM) Paliyan, Gunungkidul, Yogyakarta, 13-15/11/16.
Di kawasan SM Paliyan pada tahun 2012 ditemukan 20 spesies burung yang tergabung dalam 14 famili, terbagi dalam 5 jenis frugivorous-insectivorous, 12 jenis insectivorous, 2 spesies nectarinivorous, dan 1 jenis carnvorous. Terdapat 1 jenis burung yang termasuk kategori vulnerable berdasarkan status IUCN, yaitu Bubut jawa (Centopus nigrorufus) dan yang lainnya termasuk kategori tidak terancam secara global. 
Aghnan menerangkan, penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian deskriptif menggunakan metode observasi. Pengambilan sampel menggunakan metode line transect dan point count. Penelitian dilakukan pada tanggal 13-15/11/16 di kawasan Suaka Margasatwa Paliyan petak 136. Pengambilan data dilakukan setiap pagi hari pukul 06:30-10:00 WIB dan sore hari 15:30-17:00 WIB.
Jenis burung diurnal yang dapat teramati berjumlah 19 jenis, antara lain Cekakak Sungai (Todirhamphus chloris), Ayam Hutan Hijau (Gallus varius), Elang Ular Bido (Spilornis cheela), Bubut Jawa (Centrofus nigrorofus), Burung Madu Sriganti (Nectarinia jugularis), dan Kareo Padi (Amaurornis phoenicuns).
“Beberapa jenis burung yang pernah ditemui di pendataan sebelumnya tidak teramati karena faktor waktu dan lokasi pengamatan. Pengambilan data dilakukan pada bulan November sehingga beberapa burung migran tidak teramati, ditambah faktor cuaca yang mendung dan hujan sempat membuat pengambilan data ditunda menunggu hujan reda”, lanjutnya. 
Ditambahkan, cakupan area pengamatan yang terbatas pada petak 136 dikarenakan keterbatasan tenaga dan waktu. Hasil penelitian ini sudah baik karena dari satu petak yang hanya mewakili 3 titik pengamatan di pengambilan data sebelumnya sudah mampu mendata hampir semua jenis burung diurnal yang pernah teramati di Suaka Margasatwa Paliyan. (Aghnan/witono)